Sejak ditetapkan sebagai pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Gorontalo, Hendra Hemeto dan Wasito Sumawiyono boleh dibilang merupakan calon yang memiliki modal politik cukup kuat.
Konfigurasi pasangan ini banyak keunggulannya ketimbang calon-calon lain. Dari segi kewilayahan, pasangan ini mewakili dua wilayah yang berbeda.
Hendra mewakili wilayah perkotaan (Limboto), Wasito mewakili wilayah perdesaan (Boliyohuto). Dari sisi etnisitas, Hendra mewakili etnis Gorontalo, Wasito mewakili etnis Jawa.
Dari sisi pengalaman, Hendra punya pengalaman sebagai Wakil Bupati, Wasito berpengalaman sebagai legislator. Selain itu, pasangan ini didukung oleh Partai pemenang pemilu Kabupaten Gorontalo 2024, yakni Partai Golkar. Partai yang kepengurusannya ditingkat Kabupaten Gorontalo dipimpin Hendra Hemeto ini berhasil mengalahkan Partai Persatuan Pembangunan yang dibesut Nelson Pomalingo sebagai Bupati Kabupaten Gorontalo.
Ditangan Hendra, Golkar Kabupaten Gorontalo berjaya. Partai berlambang beringin itu berhasil meraup 52.724 suara atau setara dengan 20,46%. Persentase suara ini berhasil melampui perolehan suara partai Golkar di daerah -daerah lain di Provinsi Gorontalo. Sayangnya, modal politik Hendra-Wasito ini belum mengantarkan mereka sebagai pemenang pilkada Kabupaten Gorontalo 2024. Ada beberapa faktor kekalahan pasangan Hendra-Wasito ini, diantaranya;
- Hendra Hemeto terbilang gagal mengasosiasikan dirinya sebagai “kandidat” yang punya basis massa di Kecamatan asalnya. Dengan begitu ia bisa menggaet pemilih dengan memanfaatkan isu-isu primordial. Di sisi lain, kandidat yang menjadi rivalnya terbilang sukses mengoptimalkan strategi itu. Roni Sampir, Misalnya, menang telak di kecamatan domisilinya, Telaga. Di Kecamatan Telaga, Roni berhasil meraup 7.255 suara atau setara 53,23%. Demikian juga dengan Sofyan Puhi yang menang di kecamatan domisilinya, Telaga Jaya. Di Telaga Jaya, Sofyan berhasil mendapat 4.200 suara atau setara dengan 56,55%. Sementara itu, Hendra Hemeto justru keok di Kecamatan domisilnya, Limboto. Di Limboto, Hendra hanya mampu mendulang 5.352 suara atau setara dengan 18,67 %. Sementara Roni Sampir dan Sofyan Puhi masing-masing mendapat 11.633 suara (40,58%) dan 10.908 (38,05%).
- Mesin partai Golkar tidak bergerak maksimal. Seperti yang saya sebut di atas, salah satu keunggulan pasangan Hendra-Wasito adalah dukungan dari Partai Golkar yang salah satu kadernya meminpin lembaga DPRD Kabupaten Gorontalo. Perolehan suara Partai Golkar pada Pemilu 2024 di Kabgor yang sebanyak 52.724 tidak mampu dijaga apalagi dilipatgandakan oleh tim pemenangan Hendra-Wasito. Hasil pilkada ini menunjukkan adanya indikasi keretakan diinternal kader partai Golkar. Mungkin saja, itu disebabkan oleh pengaturan pimpinan dewan, alat kelengkapan dewan dan pimpinan fraksi Golkar di dekab Gorontalo. Kalau merujuk pada hasil rekapitulasi suara pilkada yang telah dilakukan secara berjenjang oleh KPU Kabupaten Gorontalo, Di Dapil Gorontalo 3 atau di dapil Batudaa cs, perolehan suara Hendra-Wasito malah tidak sebanding dengan perolehan suara pribadi anggota DPRD Golkar terpilih dari dapil itu, Irwan Dai. Di Kec. Tabongo, Batudaa, Batudaa Pantai dan Biluhu, Hendra-Wasito hanya mendapat 5.177 suara, sementara kalau kita cermati perolehan suara Golkar di pileg 2024, perolehan suara Irwan Dai pribadi saja sudah 5.353 suara. Jelas ada ketimpangan suara di sana. Demikian juga, dengan perolehan suara di Telaga cs (Telaga, Telaga Biru, Telaga Jaya dan Tilango). Perolehan suara Golkar antara Pileg dan pilkada terpaut jauh. Zulfikar Usira yang terpilih sebagai ketua DPRD dari dapil Telaga cs tidak memberi effect elektoral terhadap pasangan Hendra-Wasito yang diusung oleh partai Golkar. Hendra-Wasito hanya mampu mendapat 5.734 suara, sementara perolehan suara Golkar di dapil itu pada pemilu 2024 adalah sebesar 10.004 suara.
- Opinion leader Hendra-Wasito tidak bergerak sampai ke akar rumput. Opinion leader atau pemimpin opini sangat penting sekali dalam setiap pertarungan elektroal apalagi di ruang lingkup pilbup. Para pemimpin opini yang mendukung Hendra-Wasito tidak bergerak sampai ke akar rumput untuk menyampaikan rencana program dan profiling pasangan Hendra-Wasito. Sehingga, opini publik mengenai Hendra-Wasito tidak terbentuk dengan baik. Padahal, Menjelang hari pemungutan suara, opini publik dapat menjadi referensi pemilih pada saat mereka tidak memiliki motivasi memilih yang lain.
- Gagal berinovasi dalam kampanye. Pasangan Hendra-Wasito belum terlihat mampu berinovasi dalam berkampanye. Strategi yang dipakai masih cara-cara lama seperti penggunaan panggung hiburan yang menelan biaya cukup besar. Padahal, dewasa ini, strategi kampanye yang tersedia cukup banyak dan variatif modelnya. Strategi kampanye Prabowo-Gibran misalnya, mereka berhasil memanfaatkan algoritma media sosial dalam menentukan bahan/materi kampanye yang akan dipakai. Di lain sisi, pasangan Roni-Adnan dan Sofyan-Toni tidak menggunakan panggung hiburan sebagai strategi berkampanye. Mereka justru terlihat menghemat biaya kampanye untuk disediakan saat menjelang hari pencoblosan. Sehingga sumberdaya mereka masih cukup untuk memantik semangat pemilih sampai ke TPS-TPS.
- Karakter merakyat. Salah satu keunggulan yang berhasil dioptimalkan Sofyan Puhi yang juga sebagai pemenang pilkada Kabupaten Gorontalo adalah karakternya yang merakyat. Sisi itu yang gagal dioptimalkan, baik oleh Hendra Hemeto maupun oleh Wasito Sumawiyono. Padahal, Hendra-Wasito cukup mumpuni untuk di branding seperti itu. Bagaimana pun, pemilih di Gorontalo ini masih melihat sisi itu sebagai pertimbangan kuat dalam memilih pemimpin. Lihat saja hasil-hasil survei, rata-rata responden saat ditanya soal karakter pemimpin seperti apa yang disukai pemilih, mereka menjawab, “Karakter Merakyat”.(*)