NewsNesia.id -(GORONTALO) – Bukan saja mengharumkan nama tanah kelahirannya Gorontalo, tapi dia juga telah mengarumkan nama negaranya, Indonesia. Dialah Mohammad Akbar Paudie, juara 2 dunia Pro Evolution Soccer (PES) 2020 yang baru-baru ini digelar di Jepang.
Bagi kalangan pecinta game Pro Evolution Soccer (PES), siapa sih yang tak kenal Akbar Paudie? Ya, pria kelahiran Gorontalo 13 November 2001 ini sudah melanglang buana dibeberapa negara dan berhasil meraih sejumlah prestasi di turnamen dunia eFootball.
Tapi siapa sangka, dibalik prestasinya itu Akbar ternyata sering dimarahi orang tua karena keseringan main game?
Kepada Hulondalo.id, Akbar yang memiliki nama lengkap Mohammad Akbar Paudie ini awalnya hanya hobi bermain game. Dari hobinya itu, Akbar sering bermain game sampai lupa waktu, lupa belajar, istirahat dan makan. Dari situlah orang tuanya, baik ibu maupun ayahnya, sering memarahi Akbar.
Maklum saja, waktu itu Rocky Paudie dan Masita Monoarfa, ayah dan ibunya Akbar, berfikir bahwa main game tidak ada gunanya. Selain hanya buang-buang waktu produktif, game juga dinilai belum memiliki tempat jika harus bicara soal masa depan.
“Jika waktu bermain sudah lebih dari 3 jam, saya sering kali dimarahi orang tua,” ucap Akbar ketika berbincang dengan Hulondalo.id (media grup NewsNesia.id), Ahad (9/8/2020).
Namun suatu ketika, Akbar yang merasa mahir main game, terutama PES, pun ikut menjajal kompetisi lokal. Dia juga bergabung di Gorontalo PES Community (GPC), sebuah komunitas pecinta PES. Dari situlah nama Akbar menarik perhatian tim eSports Raja Badut untuk merekrut Akbar Paudie. Belum lagi eSports saat itu digadang-gadang akan masuk dalam cabang olahraga di Olimpiade.
Setelah direkrut itulah Akbar pun beberapa kali menjuarai kompetisi Nasional hingga mewakili Indonesia pada kejuaran PES tingkat Internasional sejak Tahun 2017. Akbar pun melanglang buana ke berbagai kompetisi yang digelar di Jepang, Tiongkok, Malaysia sampai di Thailand. Bahkan yang terakhir, Akbar berhasil runner up dunia PES di kompetisi eFootball Open World Finals 2020 yang digelar di Jepang.
“Sebenarnya kita kemarin itu mainnya di Eropa, kalau tidak salah di Spanyol. Tapi karena ada virus corona ini, makanya dimainkan secara online,” ucap Akbar.
Dari prestasinya itu, Akbar pun mengumpulkan pundi-pundi rupiah yang tidak sedikit. Seperti eFootball Open World Finals 2020, Akbar yang menjadi runner up memenangkan hadiah sebesar USD 10.000,-. Kalau dikonversi ke rupiah bisa mencapai Rp 140 Juta (kurs 1 USD = Rp 14.000,-).
Hadiah dalam berbagai turnamen itu kemudian ditabung Akbar untuk biaya melanjutkan pendidikannya. Saat ini, Akbar tercatat sebagai mahasiswa Semester III Fakultas Hukum Universitas Ichsan Gorontalo.
“Yang lainnya untuk biaya ibadah haji orang tua saya,” ucap anak bungsu dari tiga bersaudara ini.
Kalau dulu sering dimarahi karena aktivitas main game, kini Akbar mendapat dukungan dari orang tua atas prestasinya itu. Namun bagi Akbar yang sudah terhitung profesional, game kini hanya tinggal sebagai hobi.(rn-NN)