
Hadirnya seorang anak ditengah-tengah keluarga merupakan sebuah Anugerah dari Allah bagi sepasang suami istri sehingga menumbuhkan rasa kebahagiaan yang tak ada bandingnya. Ada rasa sayang dan cinta yang tercurahkan sepenuh hati kepada seorang anak, maka menjaga anak adalah sebuah keharusan bagi orang tuanya. Namun nyatanya, tidak semua orang tua paham atas tugasnya dalam menjaga anak. Ada seorang ayah yang tega berbuat amoral kepada anak kandungnya sendiri. Maka tak habis pikir bagaimana mungkin ayah yang menjadi sosok pelindung, sosok teladan bagi anaknya, malah tega melakukan hal yang tidak senonoh.
Seperti dilansir dari hulondalo.id (7/5/25), terdapat 2 kasus ayah yang mencabuli anak kandungnya sendiri. Dimana korban masih dibawah umur yakni 16 dan 14 tahun. Masing-masing pelaku berinisial ARM (55) dan SM (52). Keduanya melakukan aksi bejatnya di rumah masing-masing. Dengan modus membujuk korban dan memaksa korban untuk melakukan hubungan badan. Sebelum melakukan aksinya SM terlebih dahulu mengajak korban menonton film dewasa. Sementara ARM, korban sering meminta untuk dipeluk oleh ARM. Sehingga timbul hasrat untuk mencabuli korban.
Penyebab Utama
Penyebab utama dari maraknya tindakan amoral pada anak yang dilakukan oleh orang-orang terdekat yakni ayah bukan hanya karena disebabkan individunya saja, akan tetapi ada faktor lain yang mendorong mereka tega melakukan hal seperti itu yakni adalah diterapkannya sistem sekuler liberal kapitalis saat ini. Sistem ini menjauhkan peran agama dalam kehidupan sehingga melemahkan keimanan seseorang, bahkan mengabaikan aturan agama dalam kehidupan. Hal ini juga diperparah dengan sanksi atau hukuman yang diberikan pada pelaku tidak memberikan efek yang jera sehingga sangat wajar kejahatan seksual semakin beragam.
Sistem kehidupan sekuler ini pun menjadikan agama hanya sebatas ibadah ritual saja, aturan Allah digantikan dengan aturan buatan manusia yang dianggap terbaik dalam menggantikan aturan sang Pencipta. Padahal sudah sangat jelas bahwa Islam memiliki aturan yang sangat sempurna dalam mengatasi tindakan asusila dan pelecehan seksual.
Sistem hari ini juga tidak membatasi adanya tontonan, film, konten maupun tayangan yang ada pada media sosial dan lainnya, banyak yang tidak pantas dilihat oleh generasi. Jika dibiarkan ini akan berakibat rusaknya moral generasi. Lingkungan yang menuntun pada kerusakan akan berpengaruh pada keimanan individu yang lemah. Maka lahirlah generasi yang bebas dalam bertingkah laku. Dan bisa saja apa yang dilakukan oleh ayah dalam kasus ini, merupakan dampak dari pola asuh yang salah. Karena seorang ayah seharusnya memiliki naluri seorang ayah yang memiliki rasa kasih sayang yang amat besar pada anaknya bukan atas dasar nafsu. Namun sayang sistem hari ini merenggut naluri seorang ayah.
Faktor lain yang lahir dari sistem hari ini yaitu kurangnya ilmu dalam berumah tangga. Bukan hanya bermodalkan cinta akan tetapi ilmu juga wajib dipelajari untuk memahami hak dan kewajiban suami istri, pola pengasuhan dan pendidikan, bagaimana berkomunikasi dengan pasangan dan anak, kepemimpinan ayah, mengelola keuangan, hubungan keluarga besar suami maupun istri, serta hal-hal lainnya. Semua ini membutuhkan kedewasaan dalam berpikir, serta harus dibarengi dengan pemahaman Islam yang benar dan lurus bagi calon suami dan istri. Dan juga ayah dan ibu tidak kebingungan atas perannya masing-masing. Sehingga dengan kesiapan ilmu yang matang maka akan tercipta rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah.
Islam Solusi Hakiki
Islam merupakan agama yang Allah turunkan yang memiliki aturan yang sempurna dalam mengatur kehidupan termasuk masalah pelecehan seksual, seperti di antaranya yaitu Islam mewajibkan perempuan menutup aurat dan memakai hijab syar’i saat keluar rumah, sekalipun seorang ayah adalah mahram dari seorang anak maka tidak dibolehkan dia menampakan auratnya, kecuali sebatas yang bisa dilihat, laki-laki dan perempuan wajib menundukan pandangan, tidak boleh tabarruj, berdua-duan (khalwat), berzina, perempuan yang melakukan perjalanan lebih dari sehari semalam harus bersama mahramnya, dan tempat tidur anak dipisah.
Islam juga akan memberikan pembinaan dan pendidikan berlandaskan pada Akidah Islam. Sehingga akan melahirkan individu yang berkepribadian Islami yakni pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Dengan ini syariat Islam akan menjadi standar dalam melakukan perbuatan. Laki-lakinya akan terdidik menjadi calon kepala rumah tangga yang bertanggung jawab dan terdidik menjadi pemimpin masa depan. Perempuannya akan terdidik menjadi calon ibu yang paham atas tugas dan peranannya di rumah dan di publik. Seorang anak pun akan memahami bagaimana standar berinteraksi dengan seorang ayah.
Hal ini juga harus ditopang dengan negara yang menerapkan aturan Islam, karena negara memiliki tanggung jawab dalam melindungi dan memberikan keamanan bagi rakyatnya. Seperti mengontrol media dengan memblokir atau tidak menampilkan tayangan-tayangan yang mempertontonkan aurat dan mengundang syahwat. Dengan demikian bukan hanya individu yang memiliki kepribadian Islam akan tetapi seluruh lapisan masyarakatnya pun akan terbina dengan Islam. Selain itu negara juga memberlakukan sanksi hukum yang memberikan efek jera bagi pelaku pelecehan seksual. Bagi pelaku yang belum menikah (gairu muhsan) akan di cambuk 100 kali, sedangkan bagi pelaku yang sudah menikah (muhsan) akan dirajam dan dilempari batu sampai mati. Pemberian hukuman ini akan dilakukan di hadapan semua kaum muslim. Sehingga hukuman dalam Islam ini bertujuan untuk memberikan efek jera bagi pelaku dan mencegah orang lain untuk melakukan hal yang sama, serta sebagai penebus dosa bagi pelakunya.
Begitulah Islam menjaga para generasi agar menjadi generasi yang cerdas, keluarga yang memiliki ketakwaan dan keimanan, masyarakat yang terbina dengan Islam, dan negara yang me-riayah dan menjadi pengontrol utama rakyatnya agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Namun, semua ini tidak akan bisa terwujud jika negara masih menerapkan aturan berlandaskan pada pandangan sekuler kapitalis seperti hari ini, maka harus diganti dengan menerapkan aturan Islam secara menyeluruh di semua aspek kehidupan. Wallahu A’lam bishowab.(*)
Oleh: Devina Nur Latifah
Penulis adalah Aktivis Muslimah