
Konstelasi politik menjelang pilgub Gorontalo November mendatang masih terasa sunyi. Fanatisme pendukung belum kelihatan, sikap saling mengunggulkan jagoan masing-masing dari tim kampanye tak tampak di permukaan. Ini karena belum ada kejelasan siapa saja calon yang akan bertarung. Padahal, pendaftaran pasangan calon kepala daerah yang telah ditentukan oleh KPU tersisa 34 hari dan pemungutan suara terhitung tinggal 126 hari lagi. Partai pemenang pemilu 2024 di Gorontalo, seperti Golkar dan NasDem belum juga mengeluarkan rekomendasi pencalonan secara resmi tentang siapa pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur masing-masing. Sejauh ini, Golkar baru sebatas mengendorse tiga nama, yakni Tony Uloli, Idah Syaidah dan Marten Taha. Sementara NasDem, baru pada tahap memberi surat tugas kepada Rustam Akili sebagai bakal calon wakil Gubernur. Nama-nama lain yang digadang-gadang akan ikut maju adalah Gusnar Ismail, Elnino Mohi, Nelson Pomalingo, Abdurrahman Abubakar Bahmid, Kris Wartabone dan Anas Yusuf.
Belum adanya rekomendasi pencalonan dari masing-masing partai politik (Parpol) pemilik kursi di DPRD Provinsi Gorontalo bisa jadi karena pimpinan parpol masih menunggu. Entah itu karena menunggu kepastian logistik kampanye, menunggu siapa lawan tanding atau menunggu Rachmat Gobel.
Menunggu Logistik Kampanye
Tak bisa dipungkiri logistik kampanye akan sangat dibutuhkan untuk pemenangan pasangan calon yang akan diusung oleh parpol. Karena itu, masing-masing parpol perlu memastikan sejak awal logistik kampanye yang akan mereka gunakan pada saat pertarungan pilgub mendatang. Kita umumnya tahu, bahwa masing-masing parpol telah mengeluarkan logistik kampanye yang lumayan besar pada saat pemenangan pemilu untuk DPRD Provinsi beberapa waktu lalu, maka hal yang wajar apabila masing-masing parpol itu juga memastikan logistik yang akan dipakai untuk pemenangan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur “tersedia dan mencukupi”. Setidaknya, kendaraan yang akan dipakai dalam hal ini parpol, memiliki bahan bakar yang cukup untuk berjalan mencapai tujuan (menang pilgub). Kalau belum ada garansi soal logistik kampanye yang akan dipakai, boleh jadi itu yang menjadi penghalang rekomendasi pencalonan belum keluar.
Logistik kampanye yang dibutuhkan pada pertarungan pilgub ini bukan hal yang sedikit. Kalau dirupiahkan paling bisa menyentuh angka miliaran rupiah. Tetapi, tentu saja akan disesuaikan dengan strategi kampanye masing-masing.
Menunggu Lawan Tanding
Ada petuah dari ahli perang, Sun Tzu. Dia bilang begini, “Kenali dirimu, kenali musuhmu. Seribu pertempuran, seribu kemenangan. Petuah Sun Tzu ini boleh dibilang punya keterkaitan dengan belum adanya keputusan politik masing-masing parpol akhir-akhir ini. Untuk mencapai kemenangan pada pertarungan pilgub, masing-masing pimpinan parpol harus mengenali siapa lawan tandingnya atau siapa musuh yang akan dihadapi. Berkaitan dengan itu, tak heran kalau beberapa waktu yang lalu, ketua DPD I Partai Golkar Provinsi Gorontalo, Rusli Habibie, menyampaikan “Kalau lawan turunkan Tyson, kita lawan dengan Holyfield”. Pengumpamaan Rusli Habibie ini menandakan kehati-hatiannya sebagai seorang pimpinan parpol dalam menurunkan siapa figur yang akan diusung pada Pilgub mendatang. Ini juga karena Partai Golkar memiliki banyak stok calon potensial yang akan diusung sebagai calon Gubernur dan calon wakil Gubernur. Kalau parpol lain menurunkan calon seperti petinju kelas berat, Mike Tyson, Golkar juga akan siap melawan dengan petinju kelas berat juga, yakni Evander Holyfield. Sejarah telah mencatat, ketangguhan Mike Tyson di ring tinju mampu ditaklukan oleh seorang Evander Holyfield.
Pernyataan Rusli Habibie tersebut tak jelas diarahkan ke siapa dan ke partai apa. Yang kita tahu, selama ini Rusli Habibie sering dihadap-hadapkan oleh banyak kalangan dengan sosok Rachmat Gobel. Seorang tokoh yang perlahan-lahan melumpuhkan dominasi Golkar di Gorontalo.
Apa yang dipikirkan Rusli, juga pasti dipikirkan oleh pimpinan Parpol lain. Misalnya, ketua DPW PPP Gorontalo, Nelson Pomalingo, yang juga calon potensial pada pilgub Gorontalo, masih mencermati siapa lawan tandingnya. Pun demikian dengan Ketua DPD Gerindra Gorontalo, Elnino Mohi. Kalau Elnino melihat lawan tanding cukup mudah dikalahkan, kenapa tidak maju saja. Kan, sederhananya begitu.
Menunggu Rachmat Gobel
Banyak orang menganggap bahwa Rachmat Gobel adalah calon tangguh pada pentas pilgub. Kalau dia maju, rasanya sulit untuk mengalahkannya. Hal tersebut juga diperkuat oleh sejumlah survei yang mengunggulkan mantan menteri perdagangan itu. Seperti perkataan ketua DPP Partai NasDem, Willy Aditya, yang dikutip dari Metrotvnews.com, “Dari sejumlah survei yang dilakukan, hasil membuktikan bahwa potensi Rachmat Gobel memimpin Provinsi Gorontalo cukup tinggi. Apalagi Rachmat Gobel merupakan salah satu caleg dengan suara tertinggi di dapil Gorontalo pada pileg lalu dengan perolehan hampir 200 ribu suara. Meski begitu, Willy mengatakan, keputusan apakah akan mencalonkan diri atau tidak, sepenuhnya diserahkan kepada Rachmat Gobel.
Walaupun banyak yang menghendaki Rachmat Gobel menjadi Gubernur Gorontalo, namun dia belum memberi pernyataan secara resmi apakah mau maju atau tidak. Sikap Rachmat masih Wait And See.
Sebagai calon potensial dari Partai NasDem untuk mengisi berbagai jabatan publik, Rachmat Gobel seperti berada pada posisi dilema. Kalau mau maju sebagai calon Gubernur Gorontalo yang jadwal penetapan calon telah ditentukan KPU pada 22 September 2024, dia akan mundur sebagai anggota DPR RI dan melewatkan berbagai potensi jabatan publik yang akan didapat setelah pelantikan anggota DPR-RI dan Pelantikan Presiden yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober mendatang. Bisa jadi, jabatan itu akan diisi oleh kader NasDem yang lain. Kalau tidak maju di pilgub Gorontalo, dia masih berpotensi akan tetap bertahan menjadi wakil ketua DPR-RI periode 2024-2029 atau menjadi menteri di kabinet Prabowo-Gibran. Tetapi, bukan hal yang tidak mungkin, jabatan yang sama akan diperebutkan oleh kader NasDem dari daerah yang lain. Salah satu langkah maju Rachmat Gobel diantara kader NasDem yang lain, dia adalah kader yang sudah pernah menduduki kursi menteri dan wakil ketua DPR-RI. Yang belum dia duduki adalah kursi Gubernur.
Kalau pada akhirnya Rachmat Gobel menyatakan sikap maju dan memenangkan pilgub Gorontalo. Dia mencatatkan 2 sejarah sekaligus. Pertama, dia menghentikan dominasi Golkar sebagai partai penguasa di Gorontalo selama 2 dasawarsa. Kedua, dia mencatatkan sebagai keluarga “Gobel” pertama yang pernah menjadi Gubernur Gorontalo.
Abdul Rajak Babuntai
Alumni magister ilmu komunikasi Universitas Jayabaya, Jakarta