Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA-(Muballigh & Akademisi Makassar)
Salah satu identitas atau ciri khas bangsa Indonesia adalah proses untuk menggapai kemerdekaan telah melalui jalan panjang, terjal bahkan jurang yang mematikan. Tercatat kurang lebih 350 tahun bangsa Indonesia dikuasi oleh kolonial Belanda khususnya, namun karena kegigihan, kekompakan dan persatuan seluruh elemen bangsa kala itu akhirnya dengan izin Allah Tuhan yang Maha Kuasa bangsa Indonesia berhasil meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Banyak rekaman sejarah yang turut menyertai terwujudnya proses kemerdekaan bangsa Indonesia satu diantaranya adalah peristiwa 20 Mei 1908 yang kemudian dikenal sebagai hari kebangkitan nasional.
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang diadakan setiap tahun oleh bangsa Indonesia setiap tanggal 20 Mei termasuk tahun ini, sejatinya tidak berhenti pada peringatan yang sifatnya seremonial atau selebrasi saja, namun yang tak kalah pentingnya adalah dengan mengenang dan mengingat peristiwa 20 Mei yang silam, maka harus dijadikan sebagai starting oleh bangsa Indonesia untuk terus mengisi kemerdekaan sesuai dengan kapasitas dan posisinya masing-masing.
Mengisi kemerdekaan bukan hanya sebagai bagian dari tanggungjawab moral terhadap jasa para pahlawan masa lalu, namun juga merupakan salah satu bentuk rasa syukur kita kepada Allah swt. yang karena rahmatNya kemudian bangsa Indonesia bisa meraih kemerdekaannya.
Banyak cara untuk mengisi kemerdekaan diantaranya saat ini dan ke depan menjadikan diri kita sebagai pelopor terwujudnya persatuan dan kesatuan, menciptakan situasi yang aman dan tentram di lingkungan kita masing-masing tanpa harus menjadikan perbedaan suku, agama, ras menjadi penghalang itu semua.
Bukankah berdirinya organisasi Boedi Uetomo sebagai organisasi sosial bertujuan untuk menggalang kekuatan semua elemen bangsa terutama kalangan terpelajar untuk bersatu melawan penjajah Belanda. Organisasi ini bergerak dalam di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan dan tidak bersifat politik.
Peristiwa atau sejarah tersebut seyogyanya bisa dijadikan kekuatan moral dan inspirasi oleh bangsa Indonesia untuk bangkit dari satu kondisi yang kurang baik menjadi lebih baik. Dengan kata lain, dalam konteks saat ini sudah seharusnya kita sebagai bangsa terus mengingat dan memahami esensi sejarah perjuangan para pahlawan di masa lalu, untuk mewujudkan kemerdekaan. Merdeka dalam konteks saat ini adalah merdeka dari kebodohan, narkoba, korupsi, tawuran antar pelajar (kelompok), begal dan lain sebagainya.
Khusus bagi generasi milenial, jadilah Budi Oetomo ala kekinian yang mampu melahirkan ide-ide positif demi kemajuan bangsa di masa yang akan datang, karena biar bagaimana pun harus diakui bahwa para pemuda hari ini adalah calon pemimpin di masa yang akan datang.
Jika di awal kemerdekaan para pahlawan bangsa, berkobar semangatnya untuk melawan kaum penjajah dengan mengangkat senjata; maka saat ini kita sebagai bangsa juga harus melanjutkan semangat perjuangan dan peperangan tersebut tapi dalam bentuk “gerakan moral”.
Bentuk perang kita saat ini yakni perang melawan narkoba, kebodohan, kemiskinan, korupsi, paham radikal dan lain sebagainya yang kesemua ini jika tidak disikapi secara serius dan tepat, maka akan sangat berpotensi besar untuk menggrogoti semangat nasionalisme dan gangguan kamtibmas kemudian pada akhirnya akan sangat mungkin berakhir dengan disintegrasi bangsa sebagaimana yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia seperti di tanah Papua.
Membangkitkan spirit untuk menghindari penyebaran berita hoax, menjaga toleransi antar sesama anak bangsa yang kemudian terwujudlah persatuan dan kesatuan di tanah air sebagaimana termaktub dalam Pancasila demi keutuhan NKRI
Khusus di Sulawesi Selatan dan Sulawesi pada umumnya suasana kamtibmas tetap menjadi skala prioritas aparat keamanan apa lagi akhir-akhir ini peristiwa gangguan kamtibmas di kota Makassar, Sulawesi Selatan perlu mendapat perhatian serius tidak hanya dari aparat Kepolisian tapi oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama orangtua dan para tokoh agama.
Sebab berbagai kenakalan remaja hingga berakibat pada terganggunya lingkungan masyarakat biasanya bermula dari pengawasan orangtua yang tidak maksimal dan kontinu sehingga inilah menjadi celah bagi kalangan remaja bahkan anak di bawah umur untuk melakukan tindakan-tindakan melanggar hukum.
Akhirnya yang paling penting dari semua itu adalah semua elemen bangsa harus mengambil peran untuk melakukan langkah-langkah preventif dalam rangka mencegah potensi gangguan kamtibmas, intensifkan komunikasi dan koordinasi dengan jajaran TNI dan Polri terdekat, maka dengan upaya ini semua diharapkan situasi di lingkungan kita tetap aman dan tentram. #Selamat memperingati hari kebangkitan nasional, jaya selalu negeriku.(*)