
NEWSNESIA.ID, Opini – Dinamika yang terjadi di organisasi intra kampus saat menjadi suatu hal yang urgen untuk dijadikan bahan pembahasan.
Interpensi senioritas serta regulasi organisasi kampus dari tahun ke tahun yang seringkali mengalami perubahan menjadi alasan paling banyak ditemukan di
lapangan.Tak heran, kualitas hingga minat mahasiswa akan organisasi kampus semakin berkurang.
Hal ini juga diperparah atas budaya kampus akan doktrin pasal hukum senioritas yang mengatakan “Senior tak pernah salah, senior selalu benar dan apabila senior salah, kembali ke pasal 1,” aliran sesat seperti ini secara tak sadar, membatasi ruang gerak berpikir ilmiah dari mahasiswa yang seringkali ditanamkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Selaras dengan itu, praktek senioritas ini juga merabat ke sistem politik kampus. Bagaimana tidak, dinamika yang sering terjadi di tingkat-tingkat Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) tidak jauh dari persoalan politik praktis sehingga kemudian sudah lari jauh dari garis besar peran, fungsi dan danggung jawab mahasiswa itu sendiri.
Seperti pada kasus Pemilihan Mahasiswa (Pemilma) baiik dari skala Institut sampai dengan ke tataran Fakultas. Kini Sistem Demokrasi yang dipakai sekarang bagaikan lelucon yang dibuat-buat.
Di dengar dari kata – perkata, disalin lewat dari mulut ke mulut, kemudian tanpa mengkaji terlebih dahulu kita sudah mengambil keputusan tanpa ada regulasi yang jelas.
Akhirnya yang terjadi adalah pembrontakan dimana-mana, pembantaian, bahkan penculikan sekalipun sering sekali terjadi, yang diluar dari pemahaman kita pun akan terjadi begitu saja dalam bentuk ancaman.
Jauh dari harapan Gusdur, Presiden ke 4 Indonesia mengatakan “Yang terpenting dari politik adalah kemanusiaan,” kini tidak lagi ditemukan di hampir seluruh kampus yang ada di Indonesia, termasuk di IAIN Sultan Amai Gorontalo.
Pertarungan sengit politik di tataran Kampus kini dilakukan secara dingin, tidak lagi dapat dilihat dengan kasat mata.
Ancaman dimana-mana bahkan saling menjatuhkan antar satu sama lain, itu merupakan realita yang terjadi sekarang. bahkan yang lebih kejam fitnah pun akan menjadi halal apa bila otak sudah dikuasai oleh kekecewaan.
Namun tanpa tanpa disadari dinamika politik kampus yang terjadi adalah pertarungan besar antar kelompok – kelompok tertentu yang tidak terlepas dari Intervensi senior.
Terlepas dari persoalan ini sebenarnya kita hanya terjebak dalam permainan yang ada di dalam sistem tersebut.
Selesai tidak selesai, tuntas tidak tuntas sistem ini yang selalu saja dipelihara bahkan diboboti dengan berbagai macam landasan oleh oknum – oknum tertentu.
Padahal sudah jelas bahwa kampus hanyalah gambaran kecil yang di ibaratkan, gambaran besarnya adalah ketika kita sudah bisa keluar dari zona tersebut dan memulai dengan realita yang sesungguhnya.
Memang benar, Kampus adalah miniatur negara artinya bahwa segala sesuatu yang terjadi dikampus merupakan gambaran kecil terhadap persoalan negara. Selain itu juga dari struktur kelembagaannyapun sudah menggambarkan kondisi kecil dari sebuah negara.
Pertanyaannya adalah apakah kita siap merubah sistem yang ada?
Menjawab hal demikian adalah dengan ilmu pengetahuan dan juga keberanian. Ilmu merupakan salah satu kunci peradaban. Apabila berorganisasi tanpa disadari dengan pengetahuan yang cukup, maka hal ini akan tetap terulang kembali.
Generasi muda perlu menghadirkan terobosan baru sehingga paradigma akan politik praktis ini kemudian musnah di kalangan akademisi.
Penulis Artikel : Marcel Ladja
(Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
IAIN Sultan Amai Gorontalo)