
NEWSNESIA.ID, Opini – Gejala FOPO bisa menghambat tumbuh kembang dalam kehidupan kita. FOPO adalah kondisi dimana kita meletakkan kepedulian diri sendiri terhadap pendapat orang lain sehingga penempatan kebahagiaan kita terletak dibawah kendali mereka.
Namun mengapa? Apa hubungan pendapat orang lain dengan kejadian di hidup kita?
Mari hadapi itu, kita semua pernah terjebak disuatu waktu dan situasi.
Seharusnya saya tahu lebih baik, pikirku. Mengetahui mungkin orang lain akan menilai saya membuat perasaan saya cemas, kekhawatiran tidak dapat memenuhi ekspetasi itu hadir. Saya takut tidak dapat menampilkan versi diri saya, yang saya pikir akan ditolak oleh orang lain. Padahal, tidak ada kewajiban untuk memenuhi ekspetasi itu. Ibarat memasuki terowong gelap tanpa penerang di sisi. Tersesat dan lenyap.
Dalam beberapa penelitian, penggunaan media sosial yang berlebih menjadi salah satu penyebab peningkatan gejala FOPO di masyarakat.
Akar penyebab
Timbulnya gejala FOPO bisa disebabkan karena budaya pendidikan. Budaya feodalisme dan konformitas yang mengakar berkontribusi kuat terhadap terbentuknya FOPO pada masyarakat.
Pendidikan di Indonesia, cenderung menyeragamkan semua individu. Sehingga membuat kebanyak orang di Indonesia lebih mementingkan pendapat orang lain dibandingkan dengan suara hati dan pikiran dirinya sendiri.
Diluar dari keseregaman struktural, saya membuat kesalahan. Kita semua akan dan punya kesalahan. Perbedaan itu menyatukan, persamaan itu membedakan, cenderung mencari cela agar lebih tampak menonjol. Namun, kecemasan terhadap pendapat orang lain bisa jadi lebih mendominasi dan kemungkinan terburuk, kehilangan identitas diri.
Didukung oleh kepopuleran media sosial yang membuat image atau prespektif seseorang bisa lahir di platform ini. Disebabkan oleh hadirnya wacana di media sosial, tidak sedikit orang yang mulai membandingkan dirinya.
Kondisi ini bisa menjadi lebih buruk apabila seseorang belum memiliki kesadaran akan identitas diri sendiri.
Cara Membebaskan Diri dari Belenggu Ketakutan, dan Pendapat Orang Lain!
Biarkan hidup menunjukkan kemungkinan yang tak terbatas!
“Kamu hanya memiliki tiga kendali dalam hidupmu, pikiran yang Anda pikirkan, gambaran yang Anda visualisasikan, dan tindakan yang Anda lakukan.” -Jack Canfield
Wajar jika dikatakan bahwa ada banyak hal yang menghambat kita untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Kita dikendalikan oleh kebiasaan kita atau kurangnya kebiasaan kita, ketakutan kita dan pendapat orang lain.
Kebiasaanmu,
Anda dapat memengaruhi, mengarahkan, dan mengendalikan lingkungan Anda sendiri. Anda dapat membuat hidup Anda seperti yang Anda inginkan.” -Napoleon Hill
Tidak sedikit orang dikendalikan oleh kebiasaan mereka karena mereka memilih rutinitas yang kurang optimal yang mudah. Perlu digarisbawahi hal ini harus dibayar mahal dan kita akan merasakan akibatnya lebih cepat dari yang kita harapkan. Tidak bermaksud meremehkan pilihan pihak manapun, namun menyoroti bagaimana kita hidup di bawah kemampuan kita.
Kuncinya adalah untuk tidak didikte oleh emosi kita, tetapi belajarlah untuk mengandalkan kebiasaan dan disiplin yang kuat. Hal ini membutuhkan pengesampingan emosi sesaat kita untuk fokus pada permainan yang panjang.
Pendapat dari orang lain
Keuntungan apa yang didapatkan dengan menyenangkan orang lain, dengan mengorbankan kesengsaraan sendiri? Sering kali, kita kerap bertindak bahwa ada kebutuhan yang mengakar agar orang lain menyukai kita, namun hal ini mengorbankan harga diri kita.
Penulis: Dzealarsyil Ashriyani Hasan (Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
IAIN Sultan Amai Gorontalo)