KlikSulteng.id – Salah satu destinasi wisata di Gorontalo yang terkenal adalah Taman Laut Olele di Desa Olele Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Gorontalo.
Kawasan ini dikenal karena keindahan alam bawah lautnya yang mempesona. Tak sedikit wisatwan baik lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Olele untuk menikmati keindahan ciptahan Tuhan itu.
Sayangnya, di kawasan wisata ini belum ditopang dengan kerajinan khas yang bisa menjadi acsesoris bernilai ekonomi utamanya warga sekitar lokasi wisata.
Mencermati hal itu, Anggota DPR RU dari Fraksi Golkar Dapil Gorontalo Idah Syahidah, mengirim tim untuk melakukan observasi singkat bagaimana kondisi masyarakat Desa Olele. Dari penemuan awal ditemukan berbagai masalah dan kebutuhan masyarakat disekitar kawasan wisata.
Desa Olele memang pernah mendapat bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan daerahnya sebagai salah satu tujuan wisata unggulan di Provinsi Gorontalo. Namun itu belum cukup untuk meng-cover semua kebutuhan agar Desa Olele menjadi destinasi wisata yang lebih lengkap, setidaknya jika dibanding daerah wisata lain di Indonesia yang konsep wisatanya lebih mapan.
Salah satu kebutuhan mendesak dari Desa Olele yang menjadi perhatian Idah Syahidah, yaitu belum adanya berbagai asesoris dan cinderamata unik dan kreatif yang mencirikan wisata Olele. Padahal umumnya banyak daerah wisata lain telah memiliki berbagai produk kreatif yang dapat digunakan sebagai oleh-oleh khas wisata mereka. Produk kreatif tersebut biasanya hasil karya masyarakat setempat.
Melihat fakta tersebut, Idah Syahidah memutuskan untuk mengadakan Reses (penyerapan aspirasi) di Desa Olele agar bisa bertatap muka dan mendengar langsung permasalahan dan kebutuhan masyarakat, Kamis (12/3/2020).
Pada kesempatan tersebut, Kepala Desa Olele menyampaikan permohonan agar masyarakatnya dapat dibantu dalam bentuk pelatihan keterampilan yang memungkinkan mereka bisa memproduksi berbagai produk kreatif.
Dengan keterampilan tersebut, masyarakat dapat menciptakan berbagai asesoris, pernak pernik dan oleh-oleh komersial yang akan memperkaya wisata Olele di mata para pengunjung. Tentu secara langsung dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga mereka.
Kepala Desa Olele sampai pernah menolak pesanan asesoris bernilai jutaan rupiah khas Olele dari seorang pengunjung hanya karena masyarakat Olele tidak memiliki keterampilan membuat produk kreatif.
Dan langkah konkrit yang langsung diambil oleh Idah Syahidah saat itu juga, yaitu mendatangkan dua orang instruktur profesional untuk melatih masyarkat Desa Olele agar dapat membuat berbagai produk kreatif kerajinan tangan (handi craft).
Tidak sampai di situ, mereka juga masih akan terus dibimbing hingga benar-benar mahir menghasilkan berbagai produk kerajinan tangan berkualitas.
Pelatihan keterampilan kerajinan tangan yang diberikan, diharapkan bukan saja akan membuat masyarakat Desa Olele akan bisa membuat berbagai produk unik bernilai komersial, tapi juga akan membangun branding dan memperkuat citra Olele sebagai desa wisata yang kreatif serta mempunyai ciri khas tersendiri.(im)