GORONTALO-NN– Puncak musim kemarau diprediksi masih terjadi pada bulan September 2023 ini. Seperti yang dipaparkan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Provinsi Gorontalo Ot Oral Sem Wilar pada rapat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) yang dipimpin langsung Penjabat Gubernur Ismail Pakaya, di Aula Rudis Gubernur, Selasa (12/9/2023).
Dikatakan Ot, awal musim hujan di Gorontalo terbagi atas delapan daerah zona musim atau diartikan tiap daerah punya curah hujan yang serupa. Gorontalo Utara dan sebagian kecil Pohuwato bagian utara, diprediksi akan mengalami musim hujan pada awal November.
“Untuk kedepannya, September masih puncak kemarau di Provinsi Gorontalo, dan kami prediksi curah hujan rendahnya masih rendah. Antara 0 sampai 50ml. Bulan oktober naik sedikit, rata-rata 50-100 ml. November rata-rata 100-150 ml,” ungkap Ot.
Selanjutnya Bone Bolango bagian utara, sebagian Kota Gorontalo bagian tengah, sebagian kecil Boalemo bagian barat laut, hingga bagian selatan Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo, dan bone Bolango. Sementara musim kemarau paling lambat yaitu daerah bagian Tilamuta, dan Taluditi di posisi Desember satu.
“Kami prediksi bahwa sifat hujan yg terjadi tahun 2023-2024 yaitu ada di kondisi normal. Jadi walaupun perkembangannya agak lambat dari normalnya, tapi kami prediksi sifat hujan akan normal sepanjang 2023-2024,” imbuhnya.
Mendengar laporan BMKG ini, Penjagub Ismail langsung menanyakan ketersedian pasokan bahan pangan seperti gula dan beras kepada pihak bulog. Ia meminta agar bulog sekaligus bupati/walikota tiap daerah dapat bersiap-siap menghadapi hal ini.
Ia meminta pihak bulog mengambil gula pasir yang dimiliki oleh petani tebu, hasil pembagian 60/40 dengan pabrik gula Gorontalo. Mengantisipasi dampak kekeringan ataupun banjir, ia mengajak bupati/walikota sepakat mengeluarkan surat penetapan siaga darurat yang akan ditandatangani olehnya sebagai syarat administrasi dari Bulog untuk mengambil Cadangan Beras Pemerintah.
“Khusus untuk list kecamatan dan desa yang dilanda oleh kekeringan, maka mungkin bisa menggunakan cadangan beras pemerintah. Nah ini yang sudah menetapkan nanti bisa minta 100 ton, maksimal 100 ton di Bulog. Jadi, kabupaten/kota dulu yang dibagi untuk jaga-jaga musim hujan yang dikatakan BMKG, jangan-jangan nanti banjir lagi,” jelas Ismail.(rls/NN)