Oleh: Usman Mato,
Gubernur Provinsi Gorontalo, Rusli Habibie, memang karakternya keras. Dalam beberapa urusan, Rusli tidak mau terlihat main-main, walaupun bagi sebagian orang itu hal biasa. Begitu juga dalam bersikap, mantan bupati Gorontalo Utara itu tidak mau setengah setengah. Baginya, serius dan main main harus dipisahkan. Jangan urusan serius dibuat main main, dan sebaliknya yang main main justru ditanggapi serius.
Ini juga yang diperlihatkan Rusli Habibie, saat Gorontalo mulai bersiap menghadapi paparan virus corona alias Covid-19. Saat yang lain melonggarkan pengawasan, Rusli justru perketat pengawasan perbatsan. Semua yang masuk harus melalui screening, tanpa terkecuali.
Bahkan, kebijakan itu lebih diperketat lagi dengan tidak membolehkan sama sekali orang melintas masuk, saat pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Tak peduli dia ber KTP Gorontalo atau tidak, selama dia datang dari zona merah, maka tak boleh masuk.
Ada yang bilang Gorontalo terlalu kaku melihat aturan, dan prematur dalam permohonan pemberlakukan PSBB, saat Gorontalo jumlah positifnya paling rendah bahkan jika dibanding Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah saja.
Jawabannya, sudah kaku dan terlalu ketat saja, jumlah pasien positif covid-19 terus tambah, bagaimana kalau longgar? Dan perlu diingat, jumlah tenaga medis di Gorontalo, jauh lebih sedikit dengan provinsi tetangga. Buktinya, dari 47 pasien positif corona, hanya ditangani dua Dokter spesialis paru.
H-3 Idul fitri, Gubernur Gorontalo itu kembali mengeluarkan kebijakan tak populer, yakni intruksi menutup semua toko non pangan, saat masyarakat yang kebal corona lagi berburu baju lebaran. Kalau alasan pemilik toko tidak bisa menggaji karyawan, maka si karyawan akan diberi bantuan sembako dari pemerintah.
Rusli sempat jengkel dengan bupati dan walikota yang menurutnya lombo (lunak) dalam penerapan PSBB. Tapi pertaannya apakah para bupati walikota benar demikian, atau Rusli yang terlalu keras.
Kita lihat di lapangan data positif corona terus bertambah. Apalagi jika hanya ditangani santai santai saja pasti akan lebih parah penularannya.
Hadiahnya pun Rusli dituduh pencitraan. Pembagian sembako dan segala kebijakan pemprov terkait corona disebut kepentingan politik.
Pertanyaannya siapa yang sesungguhnya punya kepentingan politik disini,? Apakah Rusli Habibie yang sudah dua periode Gubernur, atau yang baru berencana maju gubernur?.(**)