“Dari mengayuh becak hingga pimpinan Parlemen Banggai Laut, Mohamad Tanjung Daeng Pawara adalah representasi dari capaian from zero to hero.”
Oleh : Sujono J. Mbayang

Sosok Mohamad Tanjung Daeng Pawara memang santer di seantero Banggai Laut (Balut). Nama orang ini terus melejit, seiring metamorfosa diri dari seorang tukang becak hingga menjadi politisi handal.
Perjalanan karir politik pria yang akrab disapa Anjung ini benar-benar dimulai dari titik nol, alias ‘zero’. Sehingga manakala orang melihat Anjung mendapat banyak jempol hari ini, atau berubah menjadi ‘hero’, semua hanyalah berasal dari perjuangan panjang yang melelahkan.
Anjung lahir 47 tahun lalu. Dia diasuh di keluarga sederhana, jauh dari gelimang harta. Masa kecil Anjung tak seberuntung teman-teman sebayanya. Anjung pernah mengecap getir kehidupan sebagai tukang becak, pedagang asongan, penjual rombengan, hingga menjadi cleaning service.
Meski tertatih, Anjung berhasil membalik situasi menjadi seorang wakil rakyat. Bahkan pimpinan. Jiwa kepemimpinan Anjung memang terlatih sejak kecil. Karakter pribadinya terbentuk jauh dari kata pecundang. Di usia dewasa, Anjung tumbuh menjadi pemuda berani. Modal keberanian inipun kemudian terseret hingga ke dunia politik. Sehingga tak heran, setiap menyatakan suatu kebaikan yang diniatkan untuk banyak orang, Anjung kerap tak peduli resiko.
Carut marut pemekaran daerah Kabupaten Banggai Laut, adalah bukti sikap berkorban Anjung. Saat itu Dia tampil di garda paling depan berkorban jiwa dan raga untuk memperjuangkan aspirasi mayoritas masyarakat Banggai Laut.
Namun, heroisme Anjung ini seolah tak disetujui oleh segelintir orang. Alasannya tidak lain adalah politik dan fragmentasi kepentingan. Dari mereka ada pula yang mencoba mengaburkan dan megeneralisasi, seakan-akan balut mekar atas perjuangan seluruh masyarakat balut. Mana mungkin?.
Metafora ini justru tak bisa dipertanggungjawabkan. Penulispun mengaku, tak ada kala itu. Meski secara komunal Anjung dan penulis sama-sama warga Banggai Laut. Akan tetapi dalam konteks perjuangan pemekaran Banggai Laut, harus ada pembeda, siapa Anjung dan siapa penulis. Anjung adalah pejuang pemekaran, sementara penulis hanyalah penikmat pemekaran.
Di kancah politik, sosok Anjung dikenal sebagai penantang tangguh di setiap helatan demokrasi. Baik di Pilbup maupun Pileg. Anjung telah dua kali mendapat amanah menjadi wakil rakyat. Kali pertama pada tahun 2014. Dirinya mendapat kepercayaan meneruskan aspirasi rakyat di Gedung Dewan Banggai Laut melalui Partai Hanura saat itu dengan dukungan suara rakyat yang relatif besar. Dan pada pileg 2019, ia kembali dilegitimasi masyarakat duduk di DPRD untuk kali kedua. Namun kali ini tukang becak itu tampil lebih sangar. Dari capaiannya dulu.
Sebagai Pimpinan Partai besutan Surya Paloh di Balut (Ketua DPD Nasdem), posisi Anjung di Gedung Dewan bukan sekedar anggota, melainkan wakil DPRD I dan akan duduk sejajar dengan para pimpinan di meja pimpinan dewan terhormat.
Di Pilbup, Anjung bukanlah pemain baru. Sosok ini pernah datang membawa tawaran pengelolaan pemerintahan yang jujur, adil, peduli, dan juga aspiratif, di hadapan masyarakat Banggai Laut Pada Pilbub 2015 lalu.
Anjung tampil sebagai calon nomor urut satu. Ia maju bersama Masykur Abdullah. Pasangan ini menjadi pasangan paling fenomenal dari seluruh pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Banggai Laut yang ada saat itu. Masykur Abdullah adalah seorang figur sederhana yang ikhlas mendampingi Anjung, mungkin dia tahu benar kadar ketulusan Anjung dalam memimpin. Sampai dia mau dipinang. Dan akhirnya, demi cita-cita luhur membawa Banggai Laut ke gerbang sejahtera, jabatan wakil rakyat Anjung saat itu terpaksa ia tanggalkan.
Tim pemenangan Anjung-Masykur memiliki dua tugas pokok. Pertama, meraih kemenangan, dan yang kedua, menjadi pengawas maraknya transaksional politik. Sungguh tidak adil. Bukan Anjung, yang sukarela.
Terbukti, meski secara kans politik Anjung saat itu belum begitu mujur, namun pasangan ini berhasil memenangkan hati nurani hampir seluruh masyarakat Banggai Laut. Anjung ‘menang’ karena mendulang dukungan murni dengan beroleh suara rakyat lebih dari 9 ribu vote. Ya, capaian ini sungguh amazing, ditengah tradisi ‘money politik’ yang digebar pasangan calon lain.
Kini, ‘proyek’ pemilihan Kepala Daerah Banggai Laut 2020 menanti di depan mata. Kecerdasan masyarakat Banggai Laut kembali akan diuji. Sebagai calon, Anjung tidak akan datang dengan membawa kepolosan dan kemunafikan di hadapan para pemilih, yang mungkin dilakukan oleh para pendatang baru atau bahkan pemain lama.
Anjung tetap kembali dengan semangat merubah kondisi ekonomi serta mindset berfikir masyarakat di tanah kelahirannya itu. Sehingga jangan heran, semangat itu akan menjadikan pribadi ini lebih agresif, lugas, simpel dan juga sederhana. (**)