Apa yang dilakukan Pemi Panigoro,SKM, patut dicontoh. Dia tak pernah gentar menjalankan tugasnya sebagai surveilans Covid-19 di Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, meski nyawa jadi taruhan.
Menakutkan, mengerikan, suasana mencekam sempat terjadi di wilayah Provinsi Gorontalo, selang awal April 2020 lalu. Ya, karena mewabahnya Covid-19. Bukan saja masyarakat biasa, tapi juga pemerintah hingga petugas medis yang memang bertugas untuk menangani pasien Corona Virus.
Di tengah suasan yang mencekam itu, ada satu sosok perempuan tanggung. Dialah Pemi Panigoro, SKM, petugas medis di Puskesmas Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Dari pimpinanya, dia ditugaskan sebagai surveilans Corona Virus di wilayah Kecamatan Telaga Biru.
Tugasnya cukup berat, ditengah suasana mencekam yang menakutkan itu. Disaat orang-orang tidak keluar rumah, perempuan dua anak ini harus turun ke rumah-rumah menemui warga yang terinveksi corona virus, mengontrol perkembangan pasien hingga melakukan tracking terhadap siapa saja yang pernah kontak langsung dengan pasien covid.
Bahkan, isteri dari Warno Poiyo ini bercerita, di awal-awal merebak virus corona di Gorontalo, tidak ada petugas lain yang berani turun melakukan tugas sebagai surveilans, karena takut. Dengan terpaksa, karena merasa memiliki tanggungjawab besar sebagai petugas medis, Pemi turun sendiri menjalankan tugas dilapangan.
Bukan itu saja, keluarganya pun sempat marah karena Pemi Panigoro, tidak memikirkan keselamatan dirinya. “Ya, keluarga khawatir dengan keselamatan saya. Tapi bagi saya ini adalah tugas saja. Alhamdulillah, keluarga pada akhirnya mengerti dengan apa yang saya lakukan,” kata Pemi Panigoro.
Pemilik kelahiran Pantungo, 12 mei 1978 ini menceritakan, setiap hari, dia turun ke lapangan, mengecek kondisi pasien Corona Virus yang menjalani isolasi mandiri. Hingga memastikan pasien tersebut benar-benar sembuh dari Corona Virus.
“Setiap saat, kami turun memantau secara langsung kondisi pasien. Juga melakukan swah maupun rapid kepada warga yang diduga terpapar Corona Virus. Sekali lagi ini memang beresiko, tapi sudah menjadi tugas dan tanggungjawab saya sebagaimana yang telah diamanahkan,” tambah Pemi Panigoro, mantap.
Bukan saja resiko tertular Corona Virus yang dihadapi Pemi Panigoro di lapangan. Tetapi dia juga berhadapan dengan warga yang tidak mau dikatakan terpapar Corona Virus.
“Kami dicaci, dimaki, dimarahi, bahkan kendaraan kami diancam dibakar oleh warga. Padahal itu untuk keselamatan jiwa mereka,” kata Pemi Panigoro.
Meski begitu, rintangan yang dihadapinya tetap dilalui. Dengan cara memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga pasien Corona Virus, bahwa apa yang dilakukan semata untuk keselamatan mereka.
“Sampai saat ini, tugas itu masih saya lakukan,” imbuh Pemi Panigoro.
Sesuai data, di Kecamatan Telaga Biru terdapat 130 pasein Corona Virus. 129 diantaranya sembuh dan 1 lainnya meninggal dunia. (im)