Oleh : Putri Rahmawaty
Fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) di Indonesia semakin terlihat, terutama di kalangan generasi muda. Data menunjukkan adanya peningkatan dukungan terhadap LGBT, terutama di kota-kota besar. Berdasarkan riset Kementerian Kesehatan Republik Indonesia beberapa tahun lalu, daerah dengan populasi kaum LGBT terbanyak yaitu di daerah jawa barat sebanyak 302 ribu orang pelaku LGBT. Posisi kedua di wilayah Jawa timur sebanyak 300 ribu orang. Urutan ketiga yaitu Jawa Barat sebanyak 218 ribu. Keempat, yaitu wilayah DKI Jakarta sebanyak 43 ribu orang yang tercatat. (Medialokal.co, 11/10/2024).
Maraknya kasus LGBT dipengaruhi oleh media sosial, globalisasi, serta kampanye hak asasi manusia yang semakin intens. Tak sedikit konten yang ditayangkan di media sosial mengandung unsur LGBT atau sekedar dukungan saja dengan menggunakan simbol-simbol mereka. Sementara, film-film tentang gay dan lesbian sudah banyak tersebar gratis di media sosial baik dari dalam maupun luar negeri. Apalagi di negara Thailand yang merupakan salah satu negara asia yang telah melegalkan pernikahan sesama jenis maupun menjadi transgender, nauzubillah. Mirisnya, banyak yang mendukung perilaku menyimpang itu bahkan sampai membela habis-habisan atas nama hak asasi manusia.
Padahal sangat jelas bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan kodratnya sebagai lelaki dan perempuan. Bukan homoseksual, baik gay atau lesbian. Allah SWT berfirman:
وَمِن كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kalian mengingat kebesaran Allah (TQS adz-Dzariyat [51]: 49).
Berkaitan dengan ayat ini Imam Fakhruddin ar-Raziy menyebutkan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu berpasangan seperti langit berpasangan dengan bumi, musim dingin dengan musim panas, siang dengan malam, wanita pasangannya adalah lelaki, dan lelaki pasangannya adalah wanita. Demikian sebagaimana firman Allah SWT:
وَأَنَّهُۥ خَلَقَ ٱلزَّوْجَيْنِ ٱلذَّكَرَ وَٱلأُنثَىٰ
Sungguh Dialah Yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan (TQS an-Najm [53]: 45).
Mengapa Generasi Muda Rentan?
Generasi muda sering kali berada dalam masa pencarian jati diri dan identitas. Di era digital ini, mereka lebih mudah terpapar budaya luar yang menganggap LGBT sebagai sesuatu yang normal. Media sosial memainkan peran penting dalam penyebaran narasi pro-LGBT melalui film, konten influencer, dan pergaulan virtual. Selain itu, adanya tekanan dari kelompok-kelompok tertentu yang mengusung kebebasan berekspresi juga menjadikan anak muda rentan mengikuti tren ini tanpa mempertimbangkan nilai agama itu sendiri. Pendidikan yang lemah mengenai nilai-nilai moral dan agama juga turut mempengaruhi.
Akar Masalah
Dari semua penyebab diatas, ternyata itu hanyalah masalah cabangnya saja. Adapun akar permasalahan perilaku menyimpang ini kian menyebar bagaikan virus menular, tidak lain dan tidak bukan adalah penerapan sistem kapitalis sekularisme hari ini yang memisahkan agama dari kehidupan. Artinya, aturan dalam agama hanya dalam persoalan ibadah mahdoh saja seperti sholat, zakat, puasa, dan haji. Selain dari itu agama tidak perlu dilibatkan. Alhasil, kekacauan demi kekacauan terjadi pada umat, liberalisme merajalela tanpa batasan syariat. Halal haram hantam. Mereka dibebaskan berbuat apa saja selagi itu membuat mereka bahagia tanpa memperhatikan itu dibolehkan dalam Islam atau tidak. Sekularisme memberikan kesempatan kepada siapa saja yang ingin mengekspresikan dirinya dengan jaminan hak asasi manusia itu sendiri. Maka tidaklah heran saat ini perilaku menyimpang itu makin menampakkan diri bahkan dengan bangganya tampil di media sosial maupun nyata.
LGBT bukan saja penyimpangan, tetapi juga ancaman kemanusiaan. Ia bisa menghambat regenerasi, amoral, menyebarkan penyakit kelamin. Sampai hari ini, kaum gay masih menjadi faktor dominan penyebaran penyakit kelamin HIV/AIDS dan kanker anus. Seperti baru-baru ini Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Karawang mencatat adanya peningkatan signifikan dalam jumlah pengidap HIV tahun ini. Salah satu penyebabnya karena hubungan Lelaki Seks Lelaki sebanyak 209 kasus (iNews Kerawang, 11/10/2024).
Tanpa mempedulikan kerusakan tersebut, hari ini Barat terus mempropagandakan LGBT ke seluruh dunia lewat media massa, film, bacaan, lagu-lagu, termasuk melalui para public figure seperti selebritis dan grup musik macam Coldplay. PBB dan berbagai perusahaan besar seperti Starbucks, Google, Facebook, dll juga mendukung gerakan LGBT global. Miliaran dolar digelontorkan untuk kampanye LGBT.
Tragisnya, di Indonesia, sebagai negeri dengan mayoritas Muslim, malah tidak ada perlindungan dari serbuan LGBT ini. Bahkan KUHP terbaru tetap tidak menyebutkan gay dan lesbian sebagai tindak kriminal. Ini kian mengeksiskan kaum LGBT dengan segala kampanye dan perilakunya. Padahal anggota dewan yang meloloskan KUHP ini mayoritas beragama Islam dan tahu keharaman LGBT. Apakah mereka tidak takut dengan dosa dan ancaman Allah karena tidak melarang perkara yang sudah jelas diharamkan Allah SWT?
Ini adalah tanda kalau sistem kapitalis demokrasi adalah lahan subur bagi tumbuh kembangnya perilaku LGBT. Keberadaan dan perilaku mereka dijamin undang-undang sehingga tidak bisa dicegah oleh siapapun. Bahkan, jika nanti KUHP versi baru dilaksanakan, ia bisa mempidanakan orang-orang yang dianggap mengganggu aktivitas kaum LGBT.
Lalu kapan umat akan sadar kalau hanya dalam Islam kehidupan mereka terlindungi sempurna? Padahal agama ini telah memiliki syariah sempurna yang akan melindungi umat manusia dari perilaku yang menyimpang. Islam jelas menolak bahkan mengancam perilaku LGBT karena bertentangan dengan fitrah manusia. Dalam Al-Quran, kisah kaum Nabi Luth menjadi peringatan keras tentang bahaya perilaku homoseksual. Nabi saw. bersabda:
مَنْ وَجَدْتُمُوهُ يَعْمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُولَ بِهِ
Siapa saja yang menjumpai orang yang melakukan perbuatan liwath (sodomi), sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Luth, maka bunuhlah kedua pasangan liwath tersebut (HR Abu Dawud).
Alhasil, selama umat jauh dari islam, maka sepanjang itu pula LGBT akan terus eksis dan mengancam kehidupan umat khususnya Generasi.
Wallahu’alam