NEWSNESIA.ID, SULBAR – Sangat sulit membayangkan saat ini sebagian besar warga di Kabupaten Majene dan Mamuju mengalami masa pelik kehidupan usai gempa Magnitudo 6,2 meluluhlantahkan rumah mereka.
Kondisi tersebut tentu juga sangat berimbas pada keberlangsungan dunia pendidikan bagi para siswa dan peserta didik di Sulawesi Barat terutama bagi wilayah terdampak.
Seorang Antropolog Muda asal Sulbar, Iqbal menjelaskan kondisi saat ini ditengah Corona ditambah datangnya musibah gempa membuat dunia pendidikan di Sulbar makin berada di kondisi cukup kritis.
“Dalam upaya keras kita menggenjot pertumbuhan SDM, daerah kita malah diperhadapkan dalam suatu kondisi sulit, belum usai Virus COVID-19 bencana gempa datang melanda,” ungkap Alumni Pendidikan Antropologi (S2), Universitas Negeri Makassar itu.
Mau tak mau menurut akademisi yang hobi bermain basket ini dari berbagai unsur tenaga pendidik sudah semestinya mulai mendiskusikan terkait solusi atas masalah tersebut.
Baginya mengesampingkan pendidikan sangat fatal bagi keberlangsungan pembangunan daerah kedepan. Ia berkata peran, makna serta fungsi pendidikan tidak boleh hilang.
“Pandemi atau bencana alam memang tak bisa di prediksi, tapi kita dituntut untuk siap mengahadapi dan terkait masalah pendidikan sudah tugas para pendidik mencari solusi bersama,” jelasnya.
“Dalam perspektif Antropologi Pendidikan dalam situasi tersulit sekalipun peran, makna, serta fungsi pendidikan tidak boleh luntur atau hilang,” sambungnya.
Terakhir ia memiliki sebuah gagasan bagaimana pendidikan tetap bisa berlangsung ditengah COVID-19 dan bencana alam yang memaksa sebagian peserta didik di Sulbar harus mengungsi.
“Untuk COVID-19 kan sudah ada praktek belajar dari rumah ke rumah, nah kenapa tidak juga kita buat sekolah tenda untuk bagi para pengungsi, jadi kehadiran relawan pendidikan saya kira juga penting,” imbuhnya. (AnQ-NN)