Oleh: Mona Fatnia Mamonto, S.Pd
IKN masih menjadi primadona saat ini, terlebih berbagai dana terus digelontorkan demi mempercantik parasnya yang menawan. Tak ayal berbagai kebijakan aneh diberlakukan, mulai dari yang ringan sampai yang ekstrem sekalipun. Hal ini pun tak menampik kejelasan investasi dari asing yang terus didatangkan ke tanah air, dengan jumlah investasi yang diberi bukanlah main-main. Lalu urgentivitas apa sampai invetasi china terus dikejar ? sementara utang negara terus berkembang dan rakyat pun kian hari kian meluntang.
Investasi : Utang Negara dan Penjajahan Kapitalisme
Pasca kepulangan Presiden Joko Widodo dari negeri tirai bambu, nampaknya hal ini membawa bumerang besar bagi rakyat indonesia khususnya. Pasalnya hasil yang dibawah oleh Presiden ke tanah air merupakan kerja sama antara perusahaan besar asal China Xinyi Internasioal Investment Limited yang bergerak dibidang manufaktur kaca dengan total investasi yang diberikan senilai US$ 11,5 miliar atau setara dengan Rp. 175 triliun (asumsi kurs Rp 15.107 per US$). Presiden pun sangat mendukung penuh kerjasama antar dua negara ini, ia pun menambahkan bahwa apabila ada kendala yang sekirannya nanti terjadi di lapangan, maka dari pihak pemerintah sendiri akan turun langsung untuk mengatasi masalah tersebut.
Hal ini pun sejalan dengan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yang mengatakan bahwa investasi yang dilakukan oleh perusahaan besar china ini kiranya meliputi pengembangan ekosistem rantai pasok industru kaca dan industri kaca panels surya. Ia pun menambahkan bahwa ini merupakan bukti kepercayaan yang diberikan oleh Xinyi Group terhadap pemerintah indonesia terlebih perusahaan ini adalah pemain kaca terbesar di dunia. (cnnindonesia, 29-07-2023).
Investasi yang kiranya dibuka oleh pemerintah, nyatanya demi pembangunan yang berkelanjutan bagi indonesia, sebenarnya melahirkan mode penjajahan modern, meski hari ini kita tak lagi hidup dizaman penjajahan, namun dengan sendirinya kitalah yang membuka gerbang penjajahan itu kembali ke negeri ini. Pasalnya Presiden Joko Widodo telah menyiapkan 34.000 (ha) lahan di ibu kota IKN untuk sektor usaha, hal ini pun telah disampaikan oleh Presiden kepada para Investor dari china, dengan lahan yang telah dipersiapkan khusus bisnis di sektor kesehatan dan pendidikan. (cnnindonesia, 30-07-2023).
Tingginya investasi yang ada, tak menampik derita utang luar negeri yang kian tahun terus bertambah. Bila melihat data dari APBN yang diterbitkan bulan 2023 kenaikan utang pemerintah indonesia pada bulan juni 2023 menjadi Rp 17,68 triliun, sehingga dalam keseluruhannya mencapai Rp7.805,19 triliun. Yang bila di persenkan maka nilainya naik menjadi 37,93% produk domestik bruto (PDB) nasional. Dari pihak pemerintah pun menilai bahwa hal ini masih dalam batas yang aman.
Bukan hal mudah, ketika pilihan yang diambil memang membuka gerbang penjajahan ataupun kerusakan fatal, meski belum terjadi pada saat ini, namun investasi yang didatangkan akan terasa 30 tahun kedepan. Berharap untung nyatanya akan buntung sebab mengambil jalur ala kapitalis yang asanya hanya berdasar manfaat tanpa mau menangung kerusakan.
Ini pun sering menjadi dalih bagi pemerintah sendiri, kenapa memerlukan investasi untuk investor asing, dengan tujuan bisa terbukanya lapangan kerja Indonesia dengan jumlah 35 ribu orang. Bukan itu saja, investasi yang sudah dilakukan untuk kedua kalinya ini pun nyatanya untuk pengembangan ekosistem hilirisasi industri kaca panel surya terintegritas mulai dari pengolahan pasir silika sampai ke pembuatan kaca panel surya dan polisilikon.
Terkait dengan masalah pembangunan IKN sendiri, nyatanya hanya menghasilkan solusi yang membuat masyarakat terbebankan tanpa ada rasa tanggung jawab dari pemerintah sekalipun. Sebab yang dipikirkan hanya manfaat dan manfaat, sedang bahaya yang mengancam dibaliknya tak diindahkan. Ini pun didasari pada beberapa hal ; Pertama, pembanguna IKN yang tak rampung-rampung membuat pemerintah ambil langkah untuk kerja sama dengan Investor asal China dengan alasan pembangunan infrastruktur dan pembangunan ibukota negara adalah yang utama. Kedua, Adanya keran Investasi yang dibuka oleh pemerintah akan memungkinkan penyerapan 35 tenaga kerja dari dalam negeri, sehingga tingkat pengangguran yang terjadi persentasenya bisa menurun.
Namun nyatanya bukan itu yang menjadi solusi bagi masyarakat hari ini, terlebih mega proyek IKN tak ada janji apapun untuk bisa rampung. Pun pada investasi China yang jelas-jelas mulai membangun kroni kecil, perlahan tapi pasti kroni itu pun akan membesar dan merajai daerah yang didiaminya. Melihat fakta yang ada saja, hari ini china lebih banyak mendominasi penanaman modalnya di Indonesia, mulai dari pertambangan sampai pada infrastruktur negara. Apakah ini baik? Nyatanya tidak demikian.
Melihat jejak china yang terus memperluas daerah kekuasaanya dengan cara yang epic dan manis tentunya. Maka hal ini bukanlah baik bagi Indonesia, bila melihat euforia dari petinggi negeri ini yang fokusnya hanya pada keuntungan tapi lupa dengan tsunami kerusakan yang akan terjadi nantinya. Ini pun semakin mempererat hubungan China dan Indonesia dikanca Asia, kita tau bersama bahwa hubungan kedua negara ini amatlah baik dari segi perdagangan atau investasi. Namun itu adalah masalah dan ancaman, sebab China sendiri merupakan negara keempat terbesar pemberi utang luar negeri (ULN), dengan nilai US$20,42 miliar. Ini pun tak menampik sebagai perangkap utang bagi Indonesia. Pasalnya, china sendiri menamkan modal pada proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Bila melihat fakta yang ada, Indonesia sendiri menjadi ketergantungan dengan china, dari bidang perdagangan dan investasi sampai pada utang luar negeri. Peneliti Indonesia-China di Center for Economic and Law Studies (Celios) Muhammad Zufikar Rakhmat mengatakan lemahnya posisi di hadapan China ini terlihat dari kebijakan yang sering berubah-ubah terkait ekspor mineral yang bisa mengancam lingkunagan. Maka hal ini mendorong Indonesia tidak memilik posisi yang cukup kuat terhadap isu-isu HAM, terlebih masalah Laut China Selatan yang Indonesia saja hanya mampu memonitor kapal China yang masuk ke laut Indonesia tanpa ada perlawanan sedikitpun.
Di sisi lain, Investasi serta pemberian kemudahan dari pemerintah kepada China, ini berpotensi menambah ‘utang’ Indonesia dan terjerumus kedalam jebakan utang, yang bila melihat fakta saja, negara seperti zinbanwe mengalami kebangkrutan yang parah, sebab utang yang terus melilit negara tersebut, meski sumber daya alam yang mereka miliki berlimpah namun nyatanya tak ada gunanya, bila hanya menjadi barang gadai bagi si pemilik modal.
Pada dasarnya, Investasi asing tanpa perhitungan berpotensi menjadi bentuk penjajahan terselubung yang makin kuat bagi negara pemberi hutang, apalagi dalam skema riba. Apatah lagi yang memberi investasi adalah para kapitalis, ujungnya pun tak lari jauh selain memberi dampak buruk bagi negara yang diberi hutang. Hal ini akan menjadi ancaman bagi kedaulatan negara dengan hilangnya kendali atas hak milik apapun, mulai dari industri sampai pertanahan pastinya akan diambil investor, rata-rata yang mendominasi perusahaan besar di Indonesia adalah perusahaan asing yang terus melejit di pasar domestik dan ini berpotensi mematikan pasar lokal seperti UMKM. Ini pun tak lepas dari krisis ekonomi global, penjajahan SDA sampai ketimpangan sosial-ekonomi dalam negara.
Fakta dilapangan pun berkata demikian, maka pasti akan terjadi pendominasian kepemilikan hak dan penjajahan atas kepemilikan umum yang dilakukan oleh para investor asing, bukan tidak mungkin pasti akan terjadi cepat atau lambat. Hal ini pun terjadi bukan tanpa alasan, yang kiranya disebabkan oleh beberapa hal: Pertama, tak cukupnya biaya untuk percepatan pembangunan ibukota negara, sehingga membuat pemerintah mengambil jalan ambisius untuk bisa mendapatkan modal besar meski harus menambah deratan hutang. Kedua, Gagalnya rencana yang sudah dirancang oleh pemerintah terkait pendanaan ibukota negara mulai dari plan A,B dan C semuanya gagal, inilah yang memicu kepanikan pemerintah untuk membuka Investasi besar-besar terhadap perusahaan China.
Maka secara tidak langsung, penanaman investasi yang dilakukan oleh China hari ini yang sayapnya terus melebar sampai ke timur Indonesia, sebenarnya tujuan mereka adalah untuk memperkuat daerah jajahan ala modern dengan modus investasi kepada pemerintah, karna Indonesia tak mampu membayar utang, dengan itu pun hak milik atas perusahaan akan jatuh ketangan pemberi modal. Dengan itupun pembangunan IKN hanyalah modus pemerintah yang didalamnya tidak ada urgentiviats apapun untuk membuka investasi terhadap negara asing, sementara masih banyak yang harus diperbaiki terkait masyarakat hari ini. Ibukota yang diharap harusnya untung tapi malah salah jalan dan buntung sebab utang yang terkatung-katung.
Pandangan Islam
Kiranya sebuah negara pasti mengharapkan kesejahteraan masyaraktnya dan pembangunan yang gemilang, terlebih yang diusahakan itu adalah untuk memajukan peradaban terbaik. Namun apa jadinya bila yang tujuanyanya baik terganti dengan langkah yang salah, terlebih bergantung kepada negara kufur.
Dalam Islam, Investasi dan Utang merupakan bom waktu yang diberi asing untuk siap diledakan kepada negara tujuan. Ini pun tentu tak sejalan dengan visi dan misi dari negara Islam, sebab dalam kegiatan Investasi wajib terikat dengan syariat Islam. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat wajib memahami terlebih dahulu pemahaman Islam secara seksama. Dengan itu pun, bisa terhindar dari investasi yang diharamkan oleh Islam. begitupun dengan modal harus sesuai dengan syariat Islam.
Investasi dalam Islam bisa kita lihat model ideal sebagai contoh pembagunan tanpa harus membuka Investasi dan menambah hutang adalah pembangunan Kota Baghdad yang menjadi ibu kota Khilafah Abbasiyah.
Dalam sejarahnya, kota ini dibangun oleh Khalifah Abu Ja’far al-Manshur, yang memenuhi kelayakan kota, mulai dari perencanaan, peetimbangan politik, pertahanan keamanan, arsitek dan tata kota, kemaslahatan rakyat, ekonomi sampai pendanaan pembangunannya. Hasilnya pun Baghdad menjadi kota dengan desain yang terbaik di masanya.
Hal ini pun sejalan dengan bidang ekonominya, terlihat bahwa pada awal pemerintaannya, khalifah Abu Ja’far Aal-Manshur benar-benar meletakkan dasar-dasar ekonomi dan keungan negara dengan baik dan sangat terkendali, dengan itupun tidak pernah terjadi defisit anggaran, yang ada malah kas negara bertambah dan uang pun yang masuk lebih banyak dari pada uang yang dikeluar. Dengan kas negara yang surplus itulah Khalifah Al-Manshur mampu mendanai pembangunan kota Baghdad tanpa ada penambahan Investasi maupun utang sekalipun.
Bila melihat fakta sejarah saja, dana yang dihabiskan untuk pembangunan kota tersebut mencapai 3,88 juta dirham, dengan sistem pengelolaan harta yang sesuai dengan syariat, maka negara Islam mampu untuk mensejahterakan rakyat dan kas negara pun mengalami surplus, bukan itu saja, ketika Khalifah Al-Manshur meninggal dunia, harta yang ada dalam kas negara pun masih surplus senilai 810.000.000 dirham. MasyaAllah bukan.
Dengan demikian, Islam sangatlah detail dalam mengatur segala aspek kehidupan manusia, bukan hanya pada tingkat individu saja, melainkan negara sekalipun. Sebab keberhasilan yang diraih adalah dasar dari penerapan Islam dan kepatuhan pada syariat Islam itu sendiri. Pun pada pembanguna negara sekalipun, Islam mengatur didalamnya. Hal ini pastinya akan melahirkan peradaban yang berhasil dan gemilang.
Maka Sebuah negara akan menjadi negara yang berhasil dan berkemajuan, apabila didalamnya didasarkan pada kepatuhan dan konsisten dalam menerapkan Syariat Islam, namun akan hancur dan tenggelam ketika didalamnya hanya didasarkan pada keuntungan dan ambisi yang sebenarnya hanya untuk memperkaya diri. Wallahu allam.(*)