
Oleh :Andriyani Male
Sejak dulu permasalahan stunting belum selesai-selesai. Angka stunting di indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah. Untuk menekan pertumbuhan angka stunting maka Pemerintah baru yang sekarang membuat program makan bergizi gratis(MBG). Program MBG ini merupakan janji-janji politik jauh sebelum terpilihnya pemerintah baru yang sekarang ini.
Program MBG pada tahun 2025 bulan januari ini memang sudah direalisasikan di sebagian sekolah-sekolah di indonesia. Tapi setelah terjalankan ternyata tidak sesuai dengan ekspetasi yang diharapkan oleh pemerintah maupun masyarakat. Berbagai problem yang dialami dari segi pendanaan yang masih kurang, kualitas makanan, pembagiannya, bahkan diduga ada pencitraan politik.
Isu utamanya adalah isu pendanaan yang masih belum mencukupi. Awalnya pemerintah memperkirakan anggaran program MBG ini dibutuhkan dana sekitar Rp. 100 triliun. Namun ketika program ini dijalankan, banyak daerah yang mengeluhkan dana yang diberikan masih belum cukup untuk membiayai program MBG. Meskipun begitu pemerintah daerah memberikan dana tambahan sekitar Rp. 5 triliun.
Baru-baru ini ada usulan dari pemerintah untuk menggunakan dana zakat dan dana koruptor untuk membiayai program MBG ini. Bahkan ada salah seorang pejabat pemerintah yang mengatakan untuk lauk MBG ini bisa diganti dengan serangga. Statemen yang dikeluarkan oleh pemerintah ini menunjukan adanya ketidaksiapan terkait program MBG ini. Parahnya solusi yang ditawarkan terkait problem MBG ini diluar logika. Sangat dipastikan jika kondisinya seperti itu program MBG ini akan berhenti sewaktu-waktu dalam artian tidak akan konsisten dijalankan.
Masalah yang kedua, yaitu terkait dengan kualitas makanan yang belum memenuhi gizi sempurna serta kualitas makanannya yang ternyata didapati sudah tidak bagus lagi. Ada dibeberapa daerah ditemukan makannya sudah basi. Katanya pemerintah akan memperketat pengawasan terhadap makanan yang diberikan, akan tetapi dilapangan didapati makanannya tidak sesuai dengan harapan. Walaupun disebagian daerah makanannya masih layak dikonsumsi.
Yang ketiga yang sering dikritik oleh masyarakat yaitu penyebaran makan bergizi gratis ini tidak merata ke semua sekolah. Hanya sekolah-sekolah tertentu yang mendapat program MBG ini. Di Gorontalo ada 14 sekolah yang menerima bantuan program MBG, diantaranya : Paud Al-Hijrah, Paud Al-islah, TK Al-Hijra, TK Qurata ayun, TK Kartika, TK Adhiyaksa, TK Al-islah, SD Al-islah, SDN 78 kota tengah, SDN 74 kota tengah, SMP N 8 Gorontalo, SMP N 3 Gorontalo serta SMK thridarma.
Kondisi ini lebih menguatkan bahwa adanya pencitraan politik saja. Alih-alih untuk mengatasi stunting nyatanya hanya sekedar popularitas saja. Bagaimana tidak? Pemerintah tidak memikirkan dampak jangka panjang program ini jika memang mau dijalankan. Rakyat yang justru menikmati programnya malah menjadi korban karena dampak dari sistem yang tidak terorganisir.
Sebenarnya yang menjadi permasalahan utama tingginya angka stunting itu terletak pada kemiskinan. Karena kemiskinan di negeri ini semakin banyak. Akibatnya para orang tua tidak bisa memberikan gizi yang bagus terhadap anaknya. Jangankan untuk memberikan gizi yang bagus untuk mencari makan saja masih susah dan makan seadanya. Padahal faktor ekonomi ini sangat berperan penting dalam mengatasi stunting. Jika keluarganya sejahtera maka anaknya bisa makan-makanan yang bergizi lagi sehat.
Tingginya angka stunting juga disebabkan karena gagalnya sistem negara dalam memberikan kebutuhan dasar rakyat. Selain itu, karena kurangnya lapangan pekerjaan di negeri ini. Seandainya pemerintah memberikan kebutuhan dasar secara gratis serta difasilitasi pekerjaan setiap para kepala rumah tangga maka permasalahan stunting ini akan teratasi.
Dalam sistem kapitalisme negara hanya sebagai regulator, penguasa menyerahkan tanggung jawab mereka kepada masing-masing sektor saja. Ini dapat menyebabkan negara gagal melayani urusan umat.
Islam sangat berbeda dengan kapitalisme terhadap solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah-masalah yang seperti ini. Dari segi pemenuhan kebutuhan masyarakat maka negara dalam Islam bertanggung jawab penuh dalam memenuhi kebutuhan gizi terlebih kepada generasi muda.
Di dalam Islam juga memiliki sumber ekonomi yang mandiri. Sumber pendapatan negara berasal dari zakat, kharaj, fa’i serta berasal dari sumber daya alam yang dikelola. Dari sumber pendapatan negara yang cukup banyak ini, insya Allah akan cukup dalam memenuhi kebutuhan gizi dan pemerintah tidak perlu bergantung terhadap dana yang belum jelas.
Untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat maka prosedurnya, negara akan membangun departemen khusus yang akan turun langsung memenuhi kebutuhan pangan buat masyarakat. Departemen ini selain menjamin ketersediaan makanan bergizi, juga akan menjamin kualitas dan keamanan makanan yang akan dikonsumsi. Bukan hanya itu, Islam akan menghadirkan pakar gizi dan kesehatan sesuai dengan syariat Islam.
Yang tidak kalang penting dalam kebijakan Islam itu akan memberikan pendidikan/edukasi terkait pentingnya gizi dan pola hidup sehat. selain itu anak-anak dalam sistem Islam akan tumbuh dalam lingkungan yang akan membantu tumbuh kembang mereka secara optimal.
Dalam Islam negara akan bertanggung jawab terhadap hak-hak yang diberikan kepada rakyat tanpa adanya perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Begitulah sistem islam akan memastikan negara dapat bertanggung jawab untuk memberikan solusi yang lebih baik yaitu memastikan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Karena itu, kita perlu menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan.
Negara juga akan mendukung kesejahteraan masyarakat selain dipenuhi kebutuhan dasar juga akan difasilitasi semua masyarakat dalam mencari kerja terutama bagi kaum laki-laki. Hingga kebutuhan mereka akan sangat tercukupi dan tidak menderita.(*)