Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA
(Muballigh dan Dosen Agama Islam STIE Tri Dharma Nusantara Makassar)
Dalam jargon lama disebutkan, “berat sama dipikul ringan sama dijinjing”. Jargon ini sangat tepat digaungkan kembali saat ini khususnya dalam penanganan virus COVID-19 di tanah air. Karena kesan selama ini seakan pemerintah berjalan sendiri dalam menangani pandemi COVID-19 yang hingga saat ini telah merenggut lebih seribu nyawa di Indonesia dan khusus di Sulawesi Selatan sudah mencapai angka kematian di atas tiga ratus orang akibat COVID-19.
Penanganan virus COVID-19 tidak bisa diserahkan hanya kepada pemerintah saja, namun perlu sinergitas dan partisipasi dari seluruh komponen masyarakat, termasuk di dalamnya adalah tokoh agama dan ulama.
Tipikal masyarakat Indonesia sejak dulu dikenal sebagai masyarakat religius dan memposisikan agama sebagai sesuatu yang sakral dalam kehidupan sehari-hari, pada saat yang sama tokoh agama pun begitu didengar petuah dan fatwanya dalam berbagai hal, tidak heran ketika masyarakat mengalami masalah dalam hidupnya, maka mereka akan berusaha minta nasihat dan petuah kepada para tokoh agama atau ulama di lingkungan mereka.
Sejarah telah membuktikan bahwa keterlibatan para tokoh agama khususnya para ulama dalam mendorong terwujudnya kemerdekaan RI dimasa silam sungguh tidak bisa dinafikan.
Peran para ulama, santri dan tokoh-tokoh Islam dalam perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa dan negara sangat besar, mereka bahkan rela mengorbankan harta, tenaga serta jiwa mereka dalam berjuang dan mempertahankan kemerdekaan RI.
Realita ini seharusnya menjadi spirit bagi kita semua sebagai sebuah bangsa bahwa dalam kondisi apa pun yang terjadi di republik ini, peran dan andil para tokoh agama dan ulama jangan diabaikan.
Dalam kaitannya dengan penanganan COVID-19, tentu kita harus berikan penghargaan dan apresiasi kepada pemerintah karena telah melakukan berbagai langkah-langkah strategis dalam penanganan COVID-19, hanya saja selama ini pemerintah sepertinya belum melibatkan para ulama dan tokoh agama secara maksimal dalam penanganan pandemi ini.
Padahal menggandeng para ulama dan tokoh agama penting agar seruan kepada masyarakat untuk tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan bisa lebih massif dan optimal.
Posisi para ulama dan tokoh agama di tengah kehidupan umat begitu strategis karena tidak hanya sebagai sosok guru dalam memberikan pencerahan dengan ilmu-ilmu agama yang mereka miliki tetapi para ulama juga dijadikan sebagai sosok figur yang menjadi panutan di tengah masyarakat.
Dalam konteks inilah pesan dan petuah para ulama dan tokoh agama cukup penting membantu pemerintah dalam memaksimalkan penanganan COVID-19.
Para ulama dan tokoh agama dapat memanfaatkan mimbar dan momen-momen strategis lainnya untuk menyisipkan disela-sela ceramahnya akan pentingnya menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun demi mencegah penyebaran virus COVID-19.
Di setiap perhelatan pilkada, pileg dan pilpres sering paslon tertentu berlomba-lomba berkunjung ke pondok pesantren untuk meminta restu dan dukungan dari para ulama, mereka berharap agar dapat mendongkrak dukungan suara dari masyarakat, hal ini lagi-lagi menunjukkan posisi dan peran ulama sangat strategis dan penting dalam kehidupan berbangsa.
Melibatkan para ulama dalam penanganan COVID-19 sangat penting tidak hanya sebagai upaya untuk membantu pemerintah dalam mensosialisasikan pentingnya menerapkan protokol kesehatan tetapi lebih dari itu melalui lisan para ulama masyarakat dapat diberi motivasi agar tidak memiliki rasa takut berlebihan dalam menghadapi virus COVID-19. Rasa takut yang berlebihan terhadap sesuatu termasuk dalam menghadapi COVID-19 akan dapat mengganggu pikiran dan dapat berpengaruh terhadap turunnya imunitas tubuh seorang manusia, pada saat itulah rentan terkena berbagai macam penyakit.
Dalam konteks inilah agama sangat memberi perhatian serius terhadap kesehatan jiwa manusia, sebagaimana pesan Nabi Saw. “Gembirakanlah orang jangan ditakut-takuti dan mudahkanlah orang jangan dipersulit”. (HR. Bukhari).
Dilihat dari perspektif psikologi menggembirakan orang dalam situasi tertentu akan sangat membantu seseorang yang tertimpa masalah bisa lebih kuat jiwanya dalam menghadapi suatu musibah atau ujian hidup bahkan pada saat yang sama ia akan semakin tegar dan kreatif dalam mencari berbagai solusi dari permasalahan yang ada.
Sebagai sebuah bangsa kita memiliki kepentingan yang sama terhadap pentingnya stabilitas nasional, untuk itu sinergitas pemerintah dan seluruh komponen bangsa terutama para ulama dan tokoh agama harus dilibatkan secara maksimal dan kontinu dalam penangananan COVID-19.
Hal ini sepertinya disadari betul oleh pemerintah daerah Sulawesi Selatan, sehingga sejak 27 Juli 2020 mulai diadakan sosialisasi dan edukasi kepada para ulama, muballigh dan pengurus masjid yang ada di kota Makassar, dengan mengusung sebuah tema “Orientasi Gerakan 100 Tokoh Agama Edukator COVID-19”.
Gubernur Sulawesi Selatan berharap agar kepada para peserta setelah mengikuti kegiatan seperti ini ke depan agar dapat membantu pemerintah dalam mengedukasi masyarakat terkait dengan bahaya dan cara mencegah agar masyarakat bisa terhindar dari COVID-19.
Perkembangana virus COVID-19 sampai saat ini belum sepenuhnya hilang dari kehidupan masyarakat dunia, tak terkecuali di Indonesia, justru hingga saat ini di beberapa daerah seperti DKI dan Jawa Timur tengah mengalami peningkatan pasien yang terkonfirmasi positif virus COVID-19.
Di Sulawesi Selatan khususnya dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan adanya tanda-tanda yang menggembirakan karena jumlah pasien yang sembuh dari virus COVID-19 jauh lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang sakit dan meninggal akibat virus COVID-19. Hal ini tentu harus bisa dipertahankan bahkan kalau perlu terus ditingkatkan agar situasi kehidupan masyarakat bisa segera kembali pulih. Di sinilah perlunya kesadaran masyarakat sangat diharapkan oleh pemerintah agar disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan di lingkungannya masing-masing. (*)