Oleh : Putri Rahmawati S
Belakangan ini masalah saudara kita yang ada di palestina makin menyayat hati. Bagaimana tidak, sejak 7 oktober 2023 hingga kini pembantaian oleh yahudi kepada warga palestina terus menerus terjadi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan sedikitnya 100 anak telah terbunuh atau terluka setiap hari di Gaza sejak serangan dimulai kembali pada 18 Maret, bahkan saat Amerika Serikat menggarisbawahi dukungan berkelanjutan bagi Israel. Sementara itu, UNICEF mengatakan sedikitnya 322 anak dilaporkan tewas sejak Israel memperbarui serangannya pada 18 Maret 2025, menghancurkan gencatan senjata dua bulan yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025. (ERAKINI.ID 14/04/2025).
Kemudian, menurut Biro Statistik Palestina seperti dilansir Al Mayadeen, Jalur Gaza kini menghadapi krisis yatim terbesar dalam sejarah modern. Dalam pernyataan yang dikeluarkan menjelang Hari Anak Palestina, biro tersebut mengonfirmasi bahwa 39.384 anak telah menjadi yatim sepanjang 534 hari pengeboman. Dari jumlah tersebut, sekitar 17.000 anak kehilangan kedua orangtua dan kini “menghadapi kehidupan tanpa dukungan atau perawatan.”( Liputan6.com, 14/04/2025).
Sejak Oktober 2023, sekitar 17.000 anak Palestina jadi yatim piatu akibat perang. Mereka hidup di tenda-tenda rusak atau reruntuhan rumah, tanpa akses layanan sosial maupun dukungan psikologis. Hingga kini, hampir 18.000 anak, termasuk ratusan bayi, telah meninggal. Perang ini merenggut keluarga, rasa aman, dan masa depan mereka. Bahkan ada anak-anak yang meninggal karena kedinginan di tenda pengungsian, dan puluhan lainnya karena kelaparan dan gizi buruk yang parah (Media Indonesia, 14/04/2025).
Genosida Israel di Gaza telah menciptakan krisis anak yatim terbesar dalam sejarah modern. Kebiadaban zionis tiada tara, puluhan ribu anak-anak menjadi korban genosida juga meninggalkan kepedihan berupa anak-anak yang menjadi yatim karena kehilangan orangtua. Tercatat ada 39 ribu anak yatim akibat genosida di Gaza. Tiap hari 100 anak Gaza meninggal.
Anak-anak Gaza Kelak Akan Menuntut Tanggungjawab Kita
Ini adalah pengingat keras bagi kita semua, khususnya umat Islam, bahwa penderitaan anak-anak Gaza hari ini bukan hanya tragedi kemanusiaan, tapi juga ujian tanggung jawab kolektif. Di tengah kekejaman yang mereka alami—kehilangan orang tua, tempat tinggal, dan masa depan—mereka seakan berkata, “Di mana kalian saat kami dibantai? Apa yang kalian lakukan ketika kami berjuang sendiri melawan penindasan?”
Kelak, anak-anak ini akan tumbuh, dan sejarah akan mencatat peran setiap individu dan umat. Apakah kita hanya menjadi penonton pasif? Atau turut mengambil bagian dalam perjuangan untuk menghentikan penderitaan mereka?
Sebagai generasi muda, siswa, mahasiswa, dan umat Islam, kita punya tanggung jawab moral, spiritual, dan sosial. Tidak harus turun ke medan perang, tetapi suara, karya, dan aksi nyata kita bisa menjadi bagian dari perjuangan untuk keadilan Palestina. Diam bukan pilihan. Karena suatu saat, generasi Gaza akan menoleh ke belakang dan bertanya: “Di mana kamu saat kami sangat membutuhkan bantuan?”
Padahal umat muslim itu bagaikan satu tubuh. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW. yang diriwayatkan oleh Nu’man bin Basyir berbunyi:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Artinya: Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam. (HR. Muslim).
Dimana Perlindungan Anak-Anak Palestina?
Semua tragedi yang menimpa anak-anak Palestina ini terjadi di tengah gencarnya wacana soal Hak Asasi Manusia (HAM) dan berbagai aturan internasional yang seharusnya menjamin perlindungan anak. Banyak negara dan lembaga global yang mengaku menjunjung tinggi perlindungan terhadap anak-anak melalui perjanjian internasional dan instrumen hukum seperti Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child). Namun, realitanya aturan-aturan tersebut tampak tak berdaya. Alih-alih melindungi, aturan itu justru gagal menghentikan—bahkan mencegah—penderitaan yang dialami anak-anak Palestina. Mereka tetap menjadi korban konflik, tanpa perlindungan nyata dari komunitas internasional.
Tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung di Gaza seharusnya membuka mata umat Islam bahwa mereka tak bisa terus-menerus bergantung pada lembaga-lembaga internasional maupun aturan-aturan yang lahir dari sistem global saat ini. Realitanya, lembaga-lembaga tersebut gagal memberikan perlindungan nyata terhadap rakyat Palestina, khususnya anak-anak yang menjadi korban utama. Maka, masa depan Gaza dan Palestina secara keseluruhan ada di tangan umat Islam sendiri.
Solusi Islam Untuk Saudara Palestina
Gencatan senjata nyatanya bukanlah solusi karena mereka yahudi masih saja membantai gaza. Begitupula kecaman-kecaman yang dilontarkan para penguasa muslim tak membuahkan apa-apa. Dan hanya sekedar memberikan bantuan makanan dan obat-obatan pun kepada saudara kita di gaza bukanlah solusi yang tepat. Dalam hal ini, umat muslim butuh kepemimpinan Islam atau sistem islam yang diterapkan yang kini patut diperjuangkan secara serius. Sistem islam berfungsi sebagai pelindung (rain) dan perisai (junnah) bagi rakyatnya. Sepanjang sejarah, sistem islam telah terbukti mampu menjadi benteng pertahanan umat Islam, menyediakan sistem pendukung terbaik bagi manusia terutama menuntaskan persoalan penjajahan kepada umat muslim di dunia, serta mampu mencetak generasi tangguh yang membangun peradaban gemilang dari masa ke masa.
Oleh karena itu, setiap muslim memiliki tanggung jawab moral dan agama untuk ikut serta dalam perjuangan mengembalikan sistem islam. Ini bukan sekadar pilihan, melainkan bentuk pembelaan nyata terhadap saudara-saudara seiman di Gaza. Diam bukanlah pilihan ketika anak-anak dan orang tua mereka dibantai oleh zionis dan para sekutunya. Persoalan anak-anak Gaza tidak akan pernah selesai selama akar konflik Palestina tidak diselesaikan secara menyeluruh. Dan solusi menyeluruh itu hanya bisa tercapai melalui perjuangan, jihad, dan penegakan kembali sistem islam sebagai sistem kepemimpinan Islam.
Wallahu’alam Bisshawab.