Penulis: Sitti Nur Fadhilla Beu.S.Psi.-(Fasilitator dan Pegiat Literasi)
“Hanya ada 2 Pilihan, menjadi apatis atau mengikuti Arus. Tetapi aku memilih untuk jadi manusia merdeka” (Soe Hok Gie dalam Buku Catatan Seorang Demonstran)
Siang itu, Rabu 19 Agustus 2020, saya dan beberapa rekan yang tergabung dalam Tim Fasilitator sebuah program yang mengurusi “Rumah Tinggal” rakyat miskin di 5 Desa di Kecamatan Telaga Biru, mengunjungi Desa Tapaluluo untuk melihat progress pembangunan rumah masyarakat, sekaligus memastikan pekerjaan berjalan sesuai dengan ketentuan. Ketentuan dimaksud seperti kualitas struktur pondasi, pembesian pada sloof, kolom dan ringbalk, yang merupakan komponen inti sebuah bangunan rumah.
Karena program ini bukan hanya sekedar memberikan bantuan kepada masyarakat yang memang berhak mendapatkan bantuan itu, tapi juga untuk perbaikan kualitas bangunan yang akan didiami oleh mereka.
Kedatangan kami ke tempat itu tentu saja selain disuguhi cerita-cerita tentang perjuangan untuk mewujudkan pembangunan rumah dengan segala keterbatasan yang dimiliki, juga cerita tentang nasib dan masa depan anak cucu mereka nanti yang mendiami desa tersebut, bagi kami ini bukan hanya cerita biasa, kami memaknainya karena bisa jadi, cerita itu adalah pengaduan mereka, singkapan kegelisahan dari perjalanan panjang hidup mereka di atas tanah leluhur ini.
Bulan Agustus merupakan momen bersejarah bagi negeri ini, 75 tahun sudah Bangsa Indonesia memperingati Hari Kemerdekaannya, jika standarnya adalah kemerdekaan dari penjajahan fisik tentu saja Bangsa ini telah lama merdeka, namun jika ukurannya adalah kemerdekaan dari segala bentuk ‘penjajahan’ non fisik sesungguhnya bangsa ini belum merdeka.
Para pahlawan yang dulunya mati-matian menghamburkan peluru mendepak penjajah hanya agar bisa mendengar rakyat bisa berteriak merdeka dan melihat gurat-gurat senyum lepas rakyat menapak dinegeri sendiri, sekarang mungkin jika mereka masih hidup mungkin mereka sangat geram melihat rakyat masih hidup dibawah garis kemiskinan, belum meratanya pembangunan dan lain sebagainya. Padahal Sumber Daya Alam (SDA) begitu menghampar luas di Tanah Nusantara.
Tidak terkecuali di Desa Tapaluluo. Desanya termasuk wilayah subur. Selain bertani, penduduk setempat juga beternak sapi, kambing, dan ayam. Mereka mengandalkan hasil bumi, seperti menanam pohon Cengkeh dan sebagainya. Wilayah ini emiliki banyak potensia SDA yang besar. Di desa ini pula terdapat kawasan wisata yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat desa, sebuah tempat untuk berkeluh kesah sekaligus menyegarkan pikiran-pikiran kusut tentang ketertinggalan, ketidakadilan dan mimpi-mimpi masa depan, kamipun sempatkan waktu mampir di tempat tersebut untuk sekedar menghilangkan penat. Eksotisme yang memanjakan mata selama perjalanan.
Sayangnya, pesona alam yang luar biasa indah ini, beserta limpahan potensi lainnya di wilayah itu belum mendapat perhatian serius dari pemerintah. Hal ini terlihat dari akses transportasi berupa jalan yang rusak menuju ke desa tersebut. Padahal jika akses transportasi ini diperbaiki dan kawasan wisata ditata dengan baik tentu akan berdampak pada naiknya perputaran roda perekonomian, peningkatan jumlah wisatawan dan dampak positifnya adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat desa sekitar.
Akhirnya kami menyadari bahwa perjuangan mereka masih berlanjut, bukan dengan berperang mengangkat senjata tapi dengan ikhtiar dan optimisme. Yaa, setidaknya optimisme bahwa desanya akan semakin maju dan meningkat derajat kualitas hidup masyarakat.
Kamipun berharap Kemerdekaan jangan hanya dirayakan secara ceremony dan sesaat, seperti sekedar memasang Bendera Merah Putih, menyanyikan Lagu Indonesia Raya atau mengikuti berbagai perlombaagn. Tapi kemerdekaan harus dirayakan dengan menunjukan komitmen untuk membangun bangsa, mewujudkan keadilan dan kesetaraan.
Bantuan Rumah, Wisata Puncak Lestari dan ketertinggalan desa hanyalah sekelumit cerita klasik yang kami dapatkan dari “Orang Pinggiran” di momen kemerdekaan ini, cerita yang akan terus berulang entah sampai kapan berakhir. Yang pasti selama akses jalan belum diperbaiki, selama jaringan komunikasi belum tersedia. Dan selama harapan dan mimpi-mimpi indah mereka belum terwujud.(*)
DIRGAHAYU NKRI KE 75
MERDEKA….!!!
👍👍