Oleh : Mona Fatnia Mamonto, S.Pd
Kerusakan generasi hari ini, nyatanya bukan hal yang tabuh lagi untuk diperbincangkan, terlebih ranahnya sudah menyebar kanan kiri tanpa sekat lagi. Apalagi, hal ini lebih banyak menyerang kaula muda yang kisaran umurnya pun sangat memprihatinkan. Bukan perkara mudah menyelesaikan persoalan gunung es yang semakin hari terus saja memuncak dengan meninggalkan genangan yang kian waktu bertambah kepermukaan. Lantas perbaikan yang selalu dirancang sebaik mungkin, apakah hanya penetralisir keadaan? sementara kemerosotan moral generasi tak ada jalan keluar sampai peran negara pun tak dijalankan.
GENERASI : Perubahan dan Kerusakan
Ibarat produk kesehatan yang tujuannya memberikan manfaat besar bagi pemakainya dengan kandungan vitamin didalamnya, namun dibalik manfaat yang berlimpah ruah tentu memiliki efek samping yang membahayakan bagi fungsi organ tubuh. Sama halnya generasi hari ini yang merupakan garda terdepan dalam menyongsong perubahan besar, terlebih perubahan yang mengantarkan pada perbaikan besar. Sementara generasi hari ini seringnya dikategorikan pada hal negatif, ini pun yang menjadi boomerang ketika ia salah pijakan dalam pergaulan yang hanya membawah pada ambang kerusakan.
Kemerosotan yang terus terjadi adalah buah dari pergaulan yang tak teregis dengan baik dan benar. Maksudnya tidak ada lagi filterilisasi antara yang menghasilkan kebaikan, dan mana yang menghasilkan kerusakan. Semuanya diterabas tanpa ada sekat, asalkan bisa menghasilkan kesenangan maka diambil mentah-mentah tanpa berpikir panjang.
Tentu ini sejalan dengan kasus yang baru mencuat kepermukaan, kasus yang terus menjalar bak ubi jalar yang tak habis-habisnya. Maraknya kasus aborsi, menjadi tanda rusaknya masyarakat. Generasi terjerumus dalam pergaulan bebas, buah sistem rusak baik dalam sistem Pendidikan, sistem informasi, juga sistem sanksi yang kian hari mengerat.
Kali ini menyasar sebuah klinik kecantikan di jalan Tanah Merdeka, RT 06/RW 06, Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur digrebek karena menyediakan jasa aborsi ilegal, setelah dilakukan penggeledahan, polisi pun menemukan barang bukti dalam septik tank klinik kencatikan tersebut. Dalam penggeledahan pun, ditemukan sedikitnya tujuh kerangka janin di dalam tangka septik tank. (TribunJatim, 05-11-2023).
Fakta yang ada tentu tak lepas dari pergaulan bebas yang dijadikan landasan hidup oleh generasi hari ini, yang nyaris diberitakan di media massa maupun media sosial perilaku yang sudah tak wajar dilumrahlisasikan sedemikian rupa sehingga perilaku tersebut mudah diterima oleh masyarakat. Perilaku tersebut berupa hedonistik, seks bebas, aborsi kejahatan seksual, penyimpangan seksual, duo porno (grafi dan aksi), narkoba, sampai yang tragis praktik prostitusi yang terus merebak dimana-mana. Sebab lagi-lagi media berperan dalam kerusakan yang terjadi.
Dalam hal ini generasi yang harusnya menjadi agen perubahan bagi masyarakat, nyatanya rusak dari dalam, pemicunya pun tak lari jauh dari ruang lingkup kita hari ini. Maka wajar bukan perubahan yang didapat seperti yang diharap, akan tetapi kerusakan tanpa henti diperbuat. Mirisnya, media sosial bahkan telah menjadi tempat yang subur dimana konten-konten tak bermoral diproduksi, seperti menyantap makanan berformalin yang dari permukaan terlihat enak namun ketika dimakan maka efeknya baru berasa didalam tubuh. Ini yang sebenarnya menjadi masalah besar pada generasi hari ini, mengingat tingkat konsumtif media sosial yang makin masif sampai menyebabkan kecanduan fatal. Apalagi, konten-konten negatif yang tidak ada moralnya melalang buana tak ada arti berbau maksiat tampak sudah menjadi lapak keseharian.
Melihat fakta dan kebiasan amoral yang dibangun oleh generasi hari ini, tentu adalah buah dari kebebasan yang dijunjung sepenuh hati. Mirisnya, aborsi aman disuarakan untuk mencegah kematian ibu berbagai resiko lainnya. Dan memberikan hak reproduksi bagi Perempuan sesuai yang dikampanyekan dunia. Maka wajar, keperpihakan mereka terhadap kebebasan dalam hidup hanyalah mengantarkan pada melanggengkan jalan agar praktek aborsi dilumrahlisasikan oleh setiap elemen masyarakat.
Ini pun sejalan dengan pergaulan bebas yang tak henti menyapa kita didunia nyata maupun dunia digital pada umumnya. Berbekal ketenaran dan paras yang menawan adalah jalan bagi mereka untuk melakukan hal terselubung yang bertentangan dengan norma agama dan hukum. Melihat fakta kebelakang saja, praktek aborsi yang kian menjamur sebenarnya terpampang nyata bahwa ada pembiaran terstruktur dari elemen-elemen yang sekiranya bertangungg jawab. Maka aneh ketika praktek aborsi tidak tercium oleh masyarakat sedangkan lokasinya ada di tengah-tengah masyarakat.
Dalam kasus yang menyeret satu keluarga di Cirascas, Jakarta Timur, adalah bukti bahwa tidak adanya pengawasan secara terstruktur dan menyeluruh perihal tempat praktek aborsi ilegal, bayangkan saja para pelaku yang merupakan warga pendatang dan mengontrak sejak 2 tahun lamanya dan mengatasnamakan tempat aborsi illegal itu adalah salon kecantikan tak bisa terendus oleh masyarakat gelagatnya. (Humaspolri, 03-11-2023)
Maka wajar bila peredaran klinik pratek aborsi ilegal hari ini menjamur luas sampai tak terjamah oleh masyarakat sekitar, yang ini adalah buah dari kebebasan yang dianut tanpa melihat mana yang benar dan salah, sebab tak menampik kemungkinan bahwa pergaulan bebaslah pemicunya sehigga maraknya tempat pratek aborsi ilegal dimana-mana. Tentu hal ini didasarkan pada beberapa hal : Pertama, Kebebasan yang dianut oleh generasi hari ini membuka pintu kerusakan yang kian masif terjadi, dipakai sebagai standar hidup sehingga mengarah pada praktek aborsi. Kedua, Pembiaraan dari Pemerintah perihal tempat praktek ilegal yang kian menjamur mencerminkan lemahnya pengawasan dari ruang lingkup terkecil dalam masyarakat.
Dekadensi moral generasi hari ini tak ada obatnya maupun solusi yang sekiranya bisa dihadirkan guna mengatasi masalah masyarakat. Apalagi, kita tau bersama bahwa kerusakan yang terjadi pada generasi hari ini adalah buah dari hidup tanpa aturan, didalamnya bebas berbuat semaunya nafsu tanpa berpikir panjang. Padahal bila melihat kerusakan yang terus menjamur, sejatinya adalah persoalan yang sangat sistematis. Didalamnya terdapat sistem-sistem yang saling berkelindan pada penerapan sistem lainnya, seperti sistem politik demokrasi yang faktanya mengagungkan kebebasan, pada sistem sosial pun yang serba permitif, sistem hukum yang membuka celah pada sanksi lemah dan membuka celah kejahatan, sistem keamanan yang tak menjamin kenyamanan, serta sistem informasi dan media massa yang begitu liberal.
Solusi yang selalu dihadirkan pada proses penyelesaian masalah generasi hari ini nyatanya tak mampu menghilangkan dampak buruk bagi pemakainnya. Pasalnya, acapkali berbagai tindakan dan program yang sering dihadirkan tak menyurutkan kerusakan tersebut bisa hilang. Ini pun menyoal pengawasan dan perhatian penuh pemerintah terhadap generasi yang kian hari rusak dengan sendirinya. Walhasil,hanya progam-progam pencegahan yang sering dimunculkan tanpa ada tindakan tegas. Sedang untuk solusi mustanir tak pernah di hadirkan.
Hukum pun turut ambil andil didalamnya, yang sejatinya tak mampu mengatasi masalah ini. Seperti hama yang menyerang tanaman, namun si petani hanya mampu mencegah hama tersebut dengan racun seadanya, tapi tak bisa menghilangkan hama tersebut sampai keakar. Hukum hari ini yang harusnya adil tapi malah keadilan yang dikriminalisasi. Maka wajar bila kerusakan generasi hari ini masif terjadi sebab tidak adanya aturan dan hukum yang jelas dan tegas.
Apalagi, generasi hari ini sudah jauh dari agamanya, yang malah memilih aturan hidup tanpa dicampur oleh aturan agama. Sebab ketika aturan Agama hanya dijadikan formalitas didalam kartu tanda penggenal pun dalam hidupnya, maka pasti hanya ada kehidupan sekuler yang didapat, maka akan terjadi kerusakan tanpa sekat dan kekacauan di tengah-tengah masyarakat seperti saat ini. Pada saat yang sama pun, generasi umat kian lemah dan tidak punya wibawa serta sangat sulit diharapkan untuk bisa mewujudkan kebangkitan.
Skenario Barat
Kerusakan yang terjadi hari ini sejatinya bukanlah hal yang alami, sebab musuh-musuh Islam senantiasa membuat berbagai rekayasa untuk melemahkan uma Islam dan sekirnya menghalangi kebangkitan peradabanya, semuanya lewat pemikiran dan budaya yang kian hari makin di masifkan. Tentu tujuannya adalah membukan jalan bagi hegemoni ideologi dan peradaban kapitalisme atas dunia. Khusunya pada negeri-negeri Islam dengan segala potensi strategisnya yang cemerlang.
Sebab liberal adalah jalan untuk merubah midset umat Islam agar sekiranya tidak lagi mempunyai pandangan buruk tentang barat, yang jutru akan pro ke barat beserta nilai-nilai yang dianut oleh mereka. Maka itulah kenapa hari ini banyak generasi muda kehilangan arah dan malah terjerumus kedalam lembah kerusakan barat, karena sikap pemaaf sekaligus bangga dengan identias sebagai muslim inklusif yang rela berkompromi dengan kekufuran dan kebatilan dari pada kebenaran. Mirisnya malah menjadi pelaku didalamnya dan rela menjadi musuh bagi muslim lainnya.
Karenanya, harapan untuk merubah generasi muda menjadi agen perubahan dengan berbagai program dari pemerintah sendiri nyatanya hanya akan menghasilkan kebuntuan, sebab generasi muda hari ini hanya menjadi agen pembawa kerusakan. Yang solusi saja tak ada, walhasil hanya kebebasan berkehidupan yang dijunjung dengan membawa bibit-bibit liberalisasi sebagai suatu penyakit abadi.
Generasi dalam Naungan Islam
Dalam Islam, nyawa manusia sangat dijaga dan tidak boleh ada orang yang menghilangkan nyawa orang lain tanpa hak (izin syar’i). dengan itupun, orang tidak mudahnya menyakiti orang lain.
Pun pada praktek aborsi yang terus berulang kasusnya, yang meyasar pada generasi muda hari ini. Dengan pergaulan bebas yang menjadi asas adalah yang sejatinya membuka jalan bagi masifnya praktek aborsi ilegal. Sebab dalam Islam sendiri aborsi haram hukumnya. Islam tidak memfasilitassi adanya layanan aborsi aman. Dan Islam tidak mengakui adanya hak reproduksi sebagaimana dalam terminology Barat.
Para ulama sendiri telah menyepakati bahwa aborsi yang dilakukan setelah ditiupkannya roh (120 hari) adalah haram. Pun pada pelaku aborsi sendiri yang akan dikenai sanksi berupa membayar diat. Tentu aborsi sendiri sebenarnya sudah bertentangan dengan Syariat Allah, yang harusnya tak dilakukan oleh manusia.
Begitupun pada perubahan generasi hari ini, arahnya harus sesuai dengan aturan Agama dan bukan mengarah pada perubahan diri ke jurang liberalisasi. Karna Perubahan hanya akan terjadi apabila generasi berporos pada satu jalan, yaitu jalan kebenaran yang berlandaskan Islam dalam setiap langkahnya. Sebab untuk mendapatkan tiang yang kuat maka perlu pondasi yang kuat pula, didapat pun dari bahan yang bukan murahan, melainkan bahan pilihan yang sifatnya kuat dan tahan.
Kemerosotan moral generasi muda hari ini adalah hasil dari liberalisasi dalam memaknai mudahnya kehidupan. Sehingga hanya melahirkan badut-badut tak bermoral. Sistemisnya masalah generasi hari ini mau tidak mau membutuhkan solusi yang sistematis pula. Yakni dengan menghadirkan sistem Islam dalam mengatur setiap sendi kehidupan.
Karna pada dasarnya, sistem Islam sendiri tegak di atas pandangan yang sahih, yakni Iman. Didalamnya ada aturan yang lahir sesuai dengan fitrah manusia dan tujuan penciptaan mereka. Yakni sebagai hamba Allah dan juga pemimpin di muka bumi.
Apalagi, Islam sangat menjamin kualitas kepribadian individu muslim melalui berbagai macam cara. Yakni dengan menerapkan system pergaulan Islami yang diterapkan oleh khalifah, dengan mengatur kehidupan laki-laki dan perempuan secara terpisah, dan hanya bisa bertemu ketika ada hajat syar’i. karna Islam melarang Zina, Khalwat, dan Ikhtilat, pun pada kewajiban menutup aurat baik laki-laki maupun perempuan, menundukan pandangan, segala pornografi dan pornoaksi dilarang, pengedarnya pun akan dihukum. Begitupun pada media massa dan media social yang wara-wiri akan diawasi oleh polisi siber secara ketat agar konten yang dimuat tidak bertentangan dengan Islam.
Dengan demikian, segala kerusakan moral yang terjadi pada generasi muda hari ini adalah buah dari ide barat yang membawa kerusakan lagi menyesatkan. Meski solusi yang ada sering di hadirkan, namun tak ayal hanya memunculkan polemik dalam masyarakat tanpa ada aksi nyata untuk menghilangkan kerusakan tersebut. Karna pada dasarnya, obat yang sifatnya hanya menjadi pencegah takkan mampu berubah menjadi pengobat yang tujuannya untuk menyembuhakan, sebab pencegah hanya mampu mengatasi dari luar, sedang pengobat sudah jelas mampu mengobati sampai ke akar. Beda dengan Islam yang tegas dalam menerapkan aturan tanpa padang bulu, dengan melandaskan generasi muda akidah Isla, maka akan tewujud ketaatan paripurna pada aturan Islam. Dengan itu pun kontrol sosial pun akan berjalan efektif dan merata dan terhindar dari pengaruh liberalisme. Wallahu a’lam bishawab.(*)